Sukses

42 WNI Terjerat Prostitusi di Malaysia, 1 Hari Layani 7 Pria

20 perempuan berdesak-desakan di kamar yang sebenarnya diperuntukkan untuk 2 orang. Terkunci dari luar.

Dengan cita-cita mulia keluar dari jerat kemiskinan dan menyejahterakan keluarga, sejumlah perempuan rela jauh-jauh merantau ke luar negeri. Salah satunya dengan cara mengais Ringgit ke Negeri Jiran, Malaysia.

Namun kenyataan seringkali tak seindah harapan. Seperti yang menimpa puluhan perempuan yang terjebak jerat prostitusi yang beroperasi di spa dan hotel-hotel.

Menurut pejabat Federal Anti-Vice, Gambling and Secret Societies Division (D7), Komisaris Datuk Abdul Jalil Hassan, masing-masing korban dipaksa melayani 7 pria hidung belang dalam sehari --dari sekedar pijat sampai perbuatan mesum. Tak cuma itu, kondisi mereka sangat memprihatinkan.

"Mereka tinggal dalam sebuah kamar hotel yang terkunci," kata Abdul seperti dimuat situs The Star, Kamis (31/10/2013). "Ada sekitar 20 perempuan yang menghuni kamar yang sebenarnya diperuntukkan untuk 2 orang."

Di kamar tersebut, para perempuan malang tidur berdesakan di atas 3 matras yang dibuat dempet. Ada sebuah meja di sana, untuk tempat menaruh makanan dan minuman.

Boneka Teddy Bears dan bantal-bantal empuk dengan bentuk lucu jadi teman tidur mereka --sebelum memulai pekerjaan di panti pijat remang-remang. Di konter spa, foto-foto mereka dengan pose glamor dipajang. Polisi juga menemukan kamar-kamar dengan tempat tidur untuk 'pijat'.

Para perempuan perantauan itu terpaksa menjadi pekerja seks selama setahun, untuk membayar sindikat perdagangan manusia yang membawa mereka ke Malaysia. Mereka diselamatkan petugas dari Unit Anti-perdagangan Manusia Bukit Aman yang secara simultan menggerebek 3 lokasi tengah malam kemarin.

Ada total 54 perempuan yang diamankan, 42 di antaranya berasal dari Indonesia, 8 asal Vietnam, 1 dari China, dan 3 India. Mereka berusia antara 20 sampai 26 tahun.

Abdul Jalil menambahkan, sejumlah perempuan sudah berada di Malaysia selama 4 bulan, lainnya ada yang baru seminggu. Para korban yang dimintai keterangan mengaku dieksploitasi secara seksual.

Abdul Jalil juga mengkritik dewan lokal yang mengeluarkan izin untuk lokasi tersebut tanpa menyelidiki sifat bisnis itu sebenarnya. Memungkinkan perbudakan manusia terjadi. (Ein/Ism)