Sukses

Suriah Mengaku Telah Musnahkan Peralatan Senjata Kimia

Pemerintah Suriah akhirnya mengumumkan telah melakukan penghancuran peralatan produksi, pencampuran dan pembuatan senjata kimia.

Pemerintah Suriah akhirnya mengumumkan telah melakukan penghancuran peralatan produksi, pencampuran dan pembuatan senjata kimia, seperti disampaikan oleh pemantau internasional.

Pernyataan ini disampaikan sehari sebelum batas waktu yang ditentukan oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). Juru bicara OPCW pun mengatakan, piranti berbahaya itu telah ditampung di tempat yang disegel.

Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada wartawan BBC Lyse Doucet, tidak sulit bagi pemerintah Suriah untuk mematuhi ketentuan tersebut.

"Saya berharap mereka yang selalu berpikir negatif kepada kami akan mengubah pikiran mereka dan memahami Suriah dulu, sekarang dan nanti akan selalu menjadi mitra yang konstruktif," kata Faisal seperti dimuat BBC yang dilansir Liputan6.com, Jumat (1/11/2013).

Kini, setelah peralatan tak bisa lagi digunakan, Suriah memiliki waktu sampai pertengahan 2014 untuk menghancurkan senjata kimia mereka sendiri. Sebelum pihak pemantau turun tangan.

"Saya semakin yakin kami dapat menyelesaikan tugas ini hingga tenggat waktu 30 Juni tahun depan," ujar pejabat Departemen Luar Negeri AS, Thomas Countryman, di Washington DC.

Suriah diyakini memiliki lebih dari 1.000 ton gas sarin, gas sulfur yang mudah terbakar serta serta bahan-bahan kimia lain yang dilarang. Benda-benda berbahaya itu diduga disimpan di belasan lokasi terpisah.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pasukan Suriah telah menewaskan 1.429 orang, dalam serangan senjata kimia di Damaskus pada Rabu 21 Agustus 2013.

"1.429 orang meninggal dunia. Korban meninggal dunia termasuk 426 anak-anak," ujar Kerry seperti dimuat CNN, Jumat, 30 Agustus 2013.

Selain itu, Kerry juga menggambarkan serangan bom kimia itu sebagai horor yang sangat mengerikan.

Terkait serangan mematikan tersebut, AS pun mendesak intervensi untuk menghentikan pemerintah Suriah dari penggunaan senjata kimia.

Serangan Israel

Dalam perkembangan terpisah, ledakan besar terjadi di pangkalan militer Suriah di Latakia. Menurut pernyataan Gedung Putih kepada BBC, Israel diduga melakukan serangan dengan target persenjataan milik Rusia.

Salah satu pejabat keamanan AS yang tak disebutkan identitasnya mengatakan, senjata buatan Rusia SA-125 menjadi target serangan tersebut.

Kendati demikian, pihak Israel sendiri belum memberikan komentar mengenai peristiwa penyerangan yang dikaitkan itu.

Selama dua tahun terakhir, PBB mencatat lebih dari 100 ribu orang tewas dalam pertempuran yang terjadi di Suriah. Sementara sekitar 2 juta orang telah meninggalkan Suriah dan 4,5 juta lainnya mengungsi di berbagai lokasi di dalam negeri demi keselamatan jiwa mereka. (Tnt/Yus)