Menjadi cucu salah satu tokoh ternama dunia, bukan berarti hidup Zoleka Mandela lantas mulus dan mudah. Perempuan yang kini berusia 33 tahun merilis sebuah memoar berisi penuturan jujurnya soal kehidupannya yang berjudul, When Hope Whispers.
Dan pada dunia, ia mengakui masa lalunya yang tragis. Ia pernah menjadi korban kekerasan seksual.
"Kala itu, saat aku baru berusia 8-14 tahun, aku menjadi korban kekerasan seksual sejumlah orang dewasa yang seharusnya menjagaku," kata dia dalam feature yang dimuat The Times, seperti dilansir Daily Mail, Senin 11 November 2013.
"Selama bertahun-tahun, aku menyalahkan dia (ibunya, Zindzi Mandela) atas kekerasan fisik dan seksual yang aku alami saat anak-anak," tambah Zoleka.
"Perasaanku saat itu, seandainya ia ada saat itu, dia pasti bisa melindungiku. Tapi kemudian aku menyadari, mungkin ia telah melakukan yang terbaik yang ia bisa saat itu."
Ibu Zoleka, Zindzi Mandela tak kalah traumanya. Ia tumbuh besar saat ayahnya -- Nelson Mandela dipenjara di Pulau Robben. Zindzi juga menyaksikan sang ibu, Winnie Mandela, dijebloskan ke penjara.
Anak-anak Zindzi punya ayah berbeda. Dan Zoleka masih ingat dengan jelas bagaimana ibunya bisa membongkar dan memasang senapan AK47 dalam waktu hanya 38 detik.
Zoleka juga mengisahkan duka yang ia rasakan saat kehilangan anak-anaknya. Putri pertamanya, Zenani tewas di usia 13 tahun karena ditabrak mobil pada Juni 2010. Dua hari setelah merayakan ulang tahun ke-13, cicit Mandela itu meregang nyawa ketika pulang dari FIFA World Cup Kick Off Concert di Soweto.
Saat itu Zoleka sedang menjalani perawatan di klinik Johannesburg, seminggu setelah ia mencoba mengakhiri hidupnya sendiri ketika pesta kokain.
Pada bagian yang mengisahkan bahwa 'orang terpenting dalam hidupnya meninggal dunia', Zoleka berharap Tuhan juga mengambil nyawanya.
Zoleka mengandung seorang bayi laki-laki segera setelah kehilangan putrinya itu. Namun sayang, bayi bernama Zenawe itu lahir prematur dan meninggal beberapa hari setelah dilahirkan. Ia dimakamkan setahun setelah kakaknya dikebumikan.
Zoleka juga menceritakan tentang perjuangannya mengatasi kecanduan narkoba dan alkohol selama 1 dekade.
Bukunya mengisahkan sejumlah hubungan asmara yang ternyata merusaknya, yang membuatnya terjebak narkoba. Diawali pacar pertama di usia 9 tahun.
Terakhir, tentang perjuangannya melawan kanker payudara. Zoleka didiagnosis Maret tahun lalu.
Segala rasa sakit, proses memperoleh keyakinan, harapan, dan inspirasi, ia ungkap dalam situs pribadinya. Untuk dibagikan kepada orang lain. (Ein/Yus)
Dan pada dunia, ia mengakui masa lalunya yang tragis. Ia pernah menjadi korban kekerasan seksual.
"Kala itu, saat aku baru berusia 8-14 tahun, aku menjadi korban kekerasan seksual sejumlah orang dewasa yang seharusnya menjagaku," kata dia dalam feature yang dimuat The Times, seperti dilansir Daily Mail, Senin 11 November 2013.
"Selama bertahun-tahun, aku menyalahkan dia (ibunya, Zindzi Mandela) atas kekerasan fisik dan seksual yang aku alami saat anak-anak," tambah Zoleka.
"Perasaanku saat itu, seandainya ia ada saat itu, dia pasti bisa melindungiku. Tapi kemudian aku menyadari, mungkin ia telah melakukan yang terbaik yang ia bisa saat itu."
Ibu Zoleka, Zindzi Mandela tak kalah traumanya. Ia tumbuh besar saat ayahnya -- Nelson Mandela dipenjara di Pulau Robben. Zindzi juga menyaksikan sang ibu, Winnie Mandela, dijebloskan ke penjara.
Anak-anak Zindzi punya ayah berbeda. Dan Zoleka masih ingat dengan jelas bagaimana ibunya bisa membongkar dan memasang senapan AK47 dalam waktu hanya 38 detik.
Zoleka juga mengisahkan duka yang ia rasakan saat kehilangan anak-anaknya. Putri pertamanya, Zenani tewas di usia 13 tahun karena ditabrak mobil pada Juni 2010. Dua hari setelah merayakan ulang tahun ke-13, cicit Mandela itu meregang nyawa ketika pulang dari FIFA World Cup Kick Off Concert di Soweto.
Saat itu Zoleka sedang menjalani perawatan di klinik Johannesburg, seminggu setelah ia mencoba mengakhiri hidupnya sendiri ketika pesta kokain.
Pada bagian yang mengisahkan bahwa 'orang terpenting dalam hidupnya meninggal dunia', Zoleka berharap Tuhan juga mengambil nyawanya.
Zoleka mengandung seorang bayi laki-laki segera setelah kehilangan putrinya itu. Namun sayang, bayi bernama Zenawe itu lahir prematur dan meninggal beberapa hari setelah dilahirkan. Ia dimakamkan setahun setelah kakaknya dikebumikan.
Zoleka juga menceritakan tentang perjuangannya mengatasi kecanduan narkoba dan alkohol selama 1 dekade.
Bukunya mengisahkan sejumlah hubungan asmara yang ternyata merusaknya, yang membuatnya terjebak narkoba. Diawali pacar pertama di usia 9 tahun.
Terakhir, tentang perjuangannya melawan kanker payudara. Zoleka didiagnosis Maret tahun lalu.
Segala rasa sakit, proses memperoleh keyakinan, harapan, dan inspirasi, ia ungkap dalam situs pribadinya. Untuk dibagikan kepada orang lain. (Ein/Yus)