Bom berkekuatan besar meledak di Gedung Militer Suriah di Ibukota Damaskus. Akibatnya, sekitar 31 orang tewas, termasuk empat jenderal negara tersebut.
Direktur Badan Pemantau Suriah yang bermarkas di Inggris, Rami Abdel Rahman menyatakan, bom meledak di Pangkalan Transportasi Militer di kawasan Harasta, pinggiran Damaskus, pada Minggu 17 November malam, waktu setempat.
"Tiga jenderal dan seorang brigadir jenderal tewas," ujar Rami, seperti dimuat Al-Jazeera, Senin (18/11/2013).
Bom ini diledakkan oleh kelompok pemberontak. Serangan bom terjadi beberapa hari setelah pasukan Presiden Bashar al-Assad merebut kembali beberapa daerah yang telah dikuasai pemberontak selama satu tahun.
Rami menduga, bom diletakkan di sebuah terowongan di lantai bawah tanah gedung. Menurut dia, kemungkinan besar, pemberontak menyusup ke markas militer tersebut.
Beberapa jam setelah ledakan, seorang pemimpin dari kelompok pemberontak yang merupakan bagian dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dukungan Barat, Direh al-Aasmeh mengklaim telah bertanggung jawab atas serangan itu. Dalam sebuah video yang disebar kelompok tersebut, terlihat bangunan gedung militer Suriah runtuh seluruhnya.
Sebelumnya Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan udara di dekat Qara, kota perbatasan dengan Lebanon yang terletak di utara Damaskus. Pasukan loyalis Assad berusaha menyerbu posisi pemberontak di kota itu.
"Sejak pagi hari, kota Qara dilanda serangan dari udara. Pesawat-pesawat tempur membombardir habis kota itu pada Sabtu kemarin. Pasukan rezim mencoba untuk menyerbu dan mengusir tentara pemberontak keluar," kata Rami.
"Para kelompok oposisi di Qara bertekad melawan pasukan pemerintah meskipun sering mendapat serangan gencar," imbuh dia.
Perang saudara di Suriah terjadi sejak Maret 2011. Hingga kini, sudah lebih dari 2 tahun, belum juga berakhir. Baik kubu Presiden Assad dan kelompok oposisi masih bersikeras pada pendiriannya. Assad tak mau turun jabatan, oposisi ingin sang presiden mundur. (Riz/Yus)
Advertisement