Seonggok benda misterius terbaring di kedalaman laut di perairan Kepulauan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Keberadaannya mengganggu para nelayan. Belakangan diketahui, itu diduga bangkai kapal selam U-168 milik Jerman dari era Perang Dunia II. Saat negara itu dikuasai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler. Versi lain, itu adalah kapal U-183 milik Jerman yang ditembak AS pada 1945.
"Kalau data yang kami dapat, ditenggelamkan oleh torpedo Amerika pada 6 Oktober 1944," kata Ketua Tim Peneliti Arkeologi Indonesia, Bambang Budi Utomo, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Rabu (20/11/2013).
Sebelum nomor lambung dipastikan, penelusuran Liputan6.com soal insiden di 6 Oktober 1944, diketahui bahwa saat itu kapal selam U-168 milik Jerman yang dinahkodai oleh Kapitanleutnant Helmuth Pich sedang menuju ke arah timur, dari Batavia ke Surabaya, di mana ia berniat menemui dua kapal selam lain, U-537 dan U-862 -- untuk menjalankan operasi di lepas pantai Australia. Entah operasi apa yang dilakukan. Namun Jerman kala itu ada di pihak Jepang.
Namun, keberadaannya dipergoki oleh HNLMS Zwaardvisch, milik Belanda, yang dipimpin Lieutenant Commander Hendrikus Abraham Waldemar Goossen. Lalu, Goosen memerintahkan serangan.
Pada pukul 06.53, 11 menit setelah keberadaan U-168 diketahui, Zwaardvisch melepaskan 8 torpedo dari dari jarak 820 meter.
"Suara ledakan lalu terdengar, komandan Belanda mengangkat periskop untuk melihat tenggelamnya kapal selam musuh," demikian dikutip Liputan6.com dari buku berjudul, 'U-boats Destroyed: German Submarine Losses in the World Wars' karya Paul Kemp, seperti dilansir situs Dutch Submarines.
Goossen juga melihat sejumlah kru Jerman berhasil melarikan diri dari kapal yang porak-poranda.
Gadis-gadis Indonesia
U-168 tenggelam di perairan utara Jawa, tepatnya di koordinat 06°20'S-111°28'E. Sebanyak 23 orang dari pihak Jerman tewas dalam insiden tersebut. Sementara 27 orang yang bernyawa menjadi tawanan.
Namun, karena tempat di Zwaardvisch terbatas, 22 di antara para tawanan dilepas, dipindah ke kapal nelayan, dan dibiarkan pergi. Mereka yang tetap ditawan termasuk komandan U-168, Kapitanluetnant Pich. Kepada pihak lawan, Pich mengaku U-168 dihajar 3 torpedo, namun hanya satu yang meledak.
U-168 diduga kuat tidak melakukan perlawanan, mereka bahkan baru sadar diserang setelah dihantam torpedo.
Kriegsmarine -- Angkatan Laut Jerman di bawah Nazi (1935-1945) yakin, tenggelamnya U-168 adalah akibat 'keceplosan'-- para kru tak sengaja membocorkan rahasia saat membawa pacar-pacar mereka -- para gadis cantik asli Indonesia ke atas kapal untuk pesta perpisahan.
"Komando U-boat Jerman di Timur Jauh yakin bahwa karamnya U-168 diduga terkait para kru yang 'tak menjaga bicaranya', saat mereka membawa pacar-pacar Indonesia ke kapal untuk pesta perpisahan..." demikian terungkap dalam buku Paul Kemp.
Kriegsmarine juga mengasumsikan, lokasi U-168 sudah lama diketahui pasukan Sekutu sebelum insiden terjadi. Beda dengan pengakuan Belanda yang menyebut, mereka mengetahui kapal selam musuh itu secara kebetulan. (Ein/Yus)
"Kalau data yang kami dapat, ditenggelamkan oleh torpedo Amerika pada 6 Oktober 1944," kata Ketua Tim Peneliti Arkeologi Indonesia, Bambang Budi Utomo, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Rabu (20/11/2013).
Sebelum nomor lambung dipastikan, penelusuran Liputan6.com soal insiden di 6 Oktober 1944, diketahui bahwa saat itu kapal selam U-168 milik Jerman yang dinahkodai oleh Kapitanleutnant Helmuth Pich sedang menuju ke arah timur, dari Batavia ke Surabaya, di mana ia berniat menemui dua kapal selam lain, U-537 dan U-862 -- untuk menjalankan operasi di lepas pantai Australia. Entah operasi apa yang dilakukan. Namun Jerman kala itu ada di pihak Jepang.
Namun, keberadaannya dipergoki oleh HNLMS Zwaardvisch, milik Belanda, yang dipimpin Lieutenant Commander Hendrikus Abraham Waldemar Goossen. Lalu, Goosen memerintahkan serangan.
Pada pukul 06.53, 11 menit setelah keberadaan U-168 diketahui, Zwaardvisch melepaskan 8 torpedo dari dari jarak 820 meter.
"Suara ledakan lalu terdengar, komandan Belanda mengangkat periskop untuk melihat tenggelamnya kapal selam musuh," demikian dikutip Liputan6.com dari buku berjudul, 'U-boats Destroyed: German Submarine Losses in the World Wars' karya Paul Kemp, seperti dilansir situs Dutch Submarines.
Goossen juga melihat sejumlah kru Jerman berhasil melarikan diri dari kapal yang porak-poranda.
Gadis-gadis Indonesia
U-168 tenggelam di perairan utara Jawa, tepatnya di koordinat 06°20'S-111°28'E. Sebanyak 23 orang dari pihak Jerman tewas dalam insiden tersebut. Sementara 27 orang yang bernyawa menjadi tawanan.
Namun, karena tempat di Zwaardvisch terbatas, 22 di antara para tawanan dilepas, dipindah ke kapal nelayan, dan dibiarkan pergi. Mereka yang tetap ditawan termasuk komandan U-168, Kapitanluetnant Pich. Kepada pihak lawan, Pich mengaku U-168 dihajar 3 torpedo, namun hanya satu yang meledak.
U-168 diduga kuat tidak melakukan perlawanan, mereka bahkan baru sadar diserang setelah dihantam torpedo.
Kriegsmarine -- Angkatan Laut Jerman di bawah Nazi (1935-1945) yakin, tenggelamnya U-168 adalah akibat 'keceplosan'-- para kru tak sengaja membocorkan rahasia saat membawa pacar-pacar mereka -- para gadis cantik asli Indonesia ke atas kapal untuk pesta perpisahan.
"Komando U-boat Jerman di Timur Jauh yakin bahwa karamnya U-168 diduga terkait para kru yang 'tak menjaga bicaranya', saat mereka membawa pacar-pacar Indonesia ke kapal untuk pesta perpisahan..." demikian terungkap dalam buku Paul Kemp.
Kriegsmarine juga mengasumsikan, lokasi U-168 sudah lama diketahui pasukan Sekutu sebelum insiden terjadi. Beda dengan pengakuan Belanda yang menyebut, mereka mengetahui kapal selam musuh itu secara kebetulan. (Ein/Yus)