Liputan6.com, Tokyo: Berbagai film animasi Jepang telah menguasai dunia termasuk di Indonesia. Selain dipicu industri film yang produktif, keberhasilan film animasi Jepang juga didukung pemasaran yang sangat gencar.
Salah satu untuk memasarkan film kartun ini adalah pameran film animasi atau anime yang digelar, baru-baru ini, dengan mengambil tajuk Tokyo Internastional Anime Fair 2004. Selain diserbu kaum muda, pameran juga didatangi praktisi bisnis lokal dan mancanegara. Kini film animasi Jepang tumbuh menjadi industri besar dan telah menjadi salah satu komoditi ekspor utama.
Anime tidak hanya membidik pasar anak-anak saja tetapi juga remaja dan dewasa. Selain itu, gaya bertutur anime dibuat lebih menyentuh serta mengangkat tema universal. Misalnya saja animasi Jepang banyak menyentuh masalah kehormatan, keberanian, ksatria, dan pencarian jati diri.
Selama empat hari, pameran dikunjungi sekitar 70 ribu pengunjung, termasuk para pembeli dari Asia, Eropa, serta Amerika Serikat. Para animator Jepang tersohor seperti Haruo Miyazaki, Mamoru Oishii, dan Katsuhiro Otomo, memamerkan produk terbarunya. Otomo yang pernah melejit lewat film animasinya Akira pada 1988 kini mengusung produk baru berjudul Steamboy.
Steamboy dibuat dalam waktu sembilan tahun dengan biaya 2,4 miliar yen atau sekitar Rp 190 miliar. Film ini mengambil latar Inggris di masa revolusi industri. Steamboy bercerita tentang penemuan mesin uap sebagai sumber tenaga yang terhebat pada masa itu.
Sementara Oishii yang sukses membidani lahirnya Ghost in The Shell pada 1996. Bahkan film ini disebut-sebut sebagai inspirasi pembuatan film Hollywood The Matrix. Kini Oishii mengusung film baru berjudul Innocence. Film ini dibeli distributor film Hollywood, Dreamworks, dan menurut rencana akan beredar di AS pada musim gugur mendatang.(YYT/Idr)
Salah satu untuk memasarkan film kartun ini adalah pameran film animasi atau anime yang digelar, baru-baru ini, dengan mengambil tajuk Tokyo Internastional Anime Fair 2004. Selain diserbu kaum muda, pameran juga didatangi praktisi bisnis lokal dan mancanegara. Kini film animasi Jepang tumbuh menjadi industri besar dan telah menjadi salah satu komoditi ekspor utama.
Anime tidak hanya membidik pasar anak-anak saja tetapi juga remaja dan dewasa. Selain itu, gaya bertutur anime dibuat lebih menyentuh serta mengangkat tema universal. Misalnya saja animasi Jepang banyak menyentuh masalah kehormatan, keberanian, ksatria, dan pencarian jati diri.
Selama empat hari, pameran dikunjungi sekitar 70 ribu pengunjung, termasuk para pembeli dari Asia, Eropa, serta Amerika Serikat. Para animator Jepang tersohor seperti Haruo Miyazaki, Mamoru Oishii, dan Katsuhiro Otomo, memamerkan produk terbarunya. Otomo yang pernah melejit lewat film animasinya Akira pada 1988 kini mengusung produk baru berjudul Steamboy.
Steamboy dibuat dalam waktu sembilan tahun dengan biaya 2,4 miliar yen atau sekitar Rp 190 miliar. Film ini mengambil latar Inggris di masa revolusi industri. Steamboy bercerita tentang penemuan mesin uap sebagai sumber tenaga yang terhebat pada masa itu.
Sementara Oishii yang sukses membidani lahirnya Ghost in The Shell pada 1996. Bahkan film ini disebut-sebut sebagai inspirasi pembuatan film Hollywood The Matrix. Kini Oishii mengusung film baru berjudul Innocence. Film ini dibeli distributor film Hollywood, Dreamworks, dan menurut rencana akan beredar di AS pada musim gugur mendatang.(YYT/Idr)