Sukses

Tragedi Pembantaian Etnis Tutsi Diperingati

Pembantaian etnis Tutsi oleh milisi Hutu di Rwanda sepuluh tahun silam, diperingati. Prancis dituduh bertanggung jawab dalam pembersihan etnis tersebut karena melatih dan mempersenjatai milisi-milisi propemerintah.

Liputan6.com, Kigali: Tragedi pembantaian etnis Tutsi oleh milisi Hutu di Rwanda sepuluh tahun silam, Rabu (7/4), diperingati. Peringatan yang dipusatkan di Kigali, ibu kota Rwanda ini dihadiri beberapa pemimpin Afrika, seperti Kenya, Tanzania, dan Kongo. Dua negara Eropa, Belgia dan Irlandia juga mengutus perwakilannya dalam peringatan yang dihadiri ribuan warga Rwanda tersebut.

Pembantaian yang disebut sebagai pembersihan etnis Tutsi oleh milisi Hutu sepuluh tahun silam adalah tragedi kemanusiaan terburuk yang terjadi abad ke-20. Dalam pembantaian tersebut 500 jiwa etnis Tutsi melayang.

Presiden Rwanda Paul Kagame menuduh Prancis bertanggung jawab atas pembersihan etnis tersebut. Sebab, Prancis melatih dan mempersenjatai milisi-milisi propemerintah saat itu. Tudingan ini dibantah pemerintah Prancis yang justru mengklaim turut berperan dalam menghentikan pembantaian tersebut.

Pembantaian etnis ini dipicu oleh jatuhnya pesawat yang ditumpangi Presiden Rwanda saat itu, Juvenal Habyarimana yang juga suku Hutu. Pesawat jatuh secara misterius pada 6 April 1994. Sejak itu, sekitar 8.000 warga etnis Tutsi dibantai setiap hari. Upacara peringatan kemarin, diwarnai suasana haru sebagian peserta. Bahkan beberapa orang tampak histeris sehingga harus ditandu keluar area peringatan.(YYT/Ijx)