Sukses

PM Cantik Thailand Lolos dari Ancaman Lengser di Parlemen

Yingluck memang lolos di parlemen, namun belum tentu ia bisa melenggang dari tekanan rakyat yang terus berdemo.

Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra sedang menghadapi cobaan dalam kepemimpinannya, yang terberat sejak terpilih dalam pemilu 2011 lalu. Ribuan demonstran turun ke jalan menuntutnya mundur, buntut dari RUU Amnesti yang diajukan pemerintahannya -- yang dituding kedok agar kakak kandungnya, Thaksin Shinawatra, bisa pulang ke negaranya tanpa menjalani proses hukum.

Manuver juga dilakukan lawan-lawan politiknya di parlemen. Namun, kali ini, PM cantik berusia 46 tahun itu lolos dari mosi tidak percaya.

Pihak Yingluck memenangkan 297 suara parlemen, sementara pihak lawan mendapatkan 134 suara.

Mosi tidak percaya diajukan pihak oposisi Partai Demokrat (Phak Prachathipat). Namun partai pendukung Yingluck, Pheu Thai, mendominasi parlemen.

Yingluck memang lolos di parlemen, namun belum tentu ia bisa melenggang dari tekanan rakyat. Demonstrasi meletup di Bangkok -- yang terbesar sejak aksi yang diwarnai kekerasan pada 2010 lalu.

Bahkan, Sekjen PBB  Ban Ki-moon menyuarakan keprihatinan terkait ketegangan di Negeri Gajah Putih. Ia minta semua pihak menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan.

Kudeta?

Protes di Bangkok bermula Minggu pekan lalu. Sejak itu, para demonstran yang menuntut pemerintahan mundur berbaris dan mengepung kementerian dan badan-badan pemerintahan. Berusaha untuk menyetop kinerjanya. Rabu kemarin, pendemo mengepung badan antikriminal, memaksa para pegawainya dievakuasi.

Demonstrasi yang dipimpin tokoh oposisi menuding pemerintahan Yingluck dikontrol kakaknya Thaksin Shinawatra yang ada di luar negeri. [Baca juga: Dipicu RUU Amnesti, Bangkok Kembali Diguncang Demo]

Merespon demonstrasi, Yingluck mengeluarkan aturan khusus yang memungkinkan dilakukannya jam malam dan penutupan jalan. Polisi juga diperintahkan menangkap para pimpinan protes. Namun, sejauh ini, belum ada penahanan yang dilakukan.

Sejauh ini, para pendemo berhasil mengganggu kerja pemerintah selama beberapa hari. Sebaliknya, pihak berwenang bertindak hati-hati, menghindari risiko kekerasan.

Pada Kamis pagi, Menteri Pendidikan Thailand,  Minister Chaturon mengatakan, partai Pheu Thai harus menemukan keseimbangan dan menunjukkan ia tak dikontrol Thaksin.

Namun, dia menambahkan, fakta bahwa beberapa orang tidak percaya pada pemerintah atau partai koalisi  tidak berarti mereka dapat menggulingkan pemerintah atau mengubah sistem.

Menteri Chaturon mengaku tak percaya kudeta sudah dekat. Meski, ia mengakui, "berdasarkan pengalaman saya kudeta dapat terjadi setiap saat ".

Thaksin sebelumnya digulingkan dalam kudeta militer tahun 2006. Pada 2010, kelompok 'kaus merah' pendukung Thaksin menduduki sebagian wilayah Bangkok. Lebih dari 90 orang, kebanyakan demonstran sipil, tewas dalam demo berdarah selama 2 bulan. (Ein/Yus)