Duo pengemis jutawan Walang dan Sa'aran yang menyimpan uang Rp 25 juta dalam gerobaknya di Pancoran, Jakarta Selatan, menghebohkan warga Jakarta. Cerita lain soal pengemis juga terjadi di Arab Saudi.
Aparat Arab Saudi menangkap 11.000 pengemis di tahun 2012. Dari ribuan peminta-minta yang diamankan terungkap, 99 persen di antaranya berasal dari Asia dan Afrika, laki-laki juga perempuan. Pimpinan kantor anti-pengemis Jeddah, Sa’d Ash-Shahrani mengatakan, hanya 45 peminta-minta yang asli Arab Saudi.
"Sangat disesalkan jumlah pengemis di Jeddah terus meningkat dari hari ke hari. Kami menangkap 5 sampai 10 pengemis sehari di satu lokasi. Kami tahu mengemis adalah fenomena internasional yang tak bisa dihapus, namun setidaknya itu bisa diminimalisasi," demikian Liputan6.com kutip dari Arab News, Kamis (28/11/2013).
Penangkapan para pengemis adalah hasil koordinasi sejumlah lembaga pemerintah termasuk polisi, kantor urusan paspor, tim Mujahidin, departemen lalu lintas, gugus tugas khusus, tenaga lapangan, dan penyelidik kriminal.
Setelah ditangkap, para pengemis akan diserahkan ke kantor polisi dan ke divisi deportasi di kantor urusan paspor -- yang sengaja dilibatkan untuk tindakan yang diperlukan sehubungan dengan deportasi mereka.
"Sekitar 90 persen pengemis tak punya dokumen identitas. Bagi mereka yang berkewarganegaraan Arab Saudi, kami membuat mereka menandatangani perjanjian untuk tidak kembali ke mengemis," kata Sa’d Ash-Shahrani.
Khusus juga untuk pengemis yang WN Arab, mereka yang benar-benar membutuhkan akan dikirim ke badan jaminan sosial, biro tenaga kerja, atau lembaga amal untuk diberikan bantuan. Pengemis di Jeddah biasanya ditemukan di sekitar pusat perbelanjaan, rambu lalu lintas, dan masjid-masjid.
"Pengemis juga bisa ditemukan di jalan utama dan alun-alun. Mereka menyusun cerita tragis tentang keluarga mereka untuk menarik simpati. Mereka juga menghampiri kendaraan di jalanan," kata Sa’d Ash-Shahrani. (Ein/Ism)
Aparat Arab Saudi menangkap 11.000 pengemis di tahun 2012. Dari ribuan peminta-minta yang diamankan terungkap, 99 persen di antaranya berasal dari Asia dan Afrika, laki-laki juga perempuan. Pimpinan kantor anti-pengemis Jeddah, Sa’d Ash-Shahrani mengatakan, hanya 45 peminta-minta yang asli Arab Saudi.
"Sangat disesalkan jumlah pengemis di Jeddah terus meningkat dari hari ke hari. Kami menangkap 5 sampai 10 pengemis sehari di satu lokasi. Kami tahu mengemis adalah fenomena internasional yang tak bisa dihapus, namun setidaknya itu bisa diminimalisasi," demikian Liputan6.com kutip dari Arab News, Kamis (28/11/2013).
Penangkapan para pengemis adalah hasil koordinasi sejumlah lembaga pemerintah termasuk polisi, kantor urusan paspor, tim Mujahidin, departemen lalu lintas, gugus tugas khusus, tenaga lapangan, dan penyelidik kriminal.
Setelah ditangkap, para pengemis akan diserahkan ke kantor polisi dan ke divisi deportasi di kantor urusan paspor -- yang sengaja dilibatkan untuk tindakan yang diperlukan sehubungan dengan deportasi mereka.
"Sekitar 90 persen pengemis tak punya dokumen identitas. Bagi mereka yang berkewarganegaraan Arab Saudi, kami membuat mereka menandatangani perjanjian untuk tidak kembali ke mengemis," kata Sa’d Ash-Shahrani.
Khusus juga untuk pengemis yang WN Arab, mereka yang benar-benar membutuhkan akan dikirim ke badan jaminan sosial, biro tenaga kerja, atau lembaga amal untuk diberikan bantuan. Pengemis di Jeddah biasanya ditemukan di sekitar pusat perbelanjaan, rambu lalu lintas, dan masjid-masjid.
"Pengemis juga bisa ditemukan di jalan utama dan alun-alun. Mereka menyusun cerita tragis tentang keluarga mereka untuk menarik simpati. Mereka juga menghampiri kendaraan di jalanan," kata Sa’d Ash-Shahrani. (Ein/Ism)