Sukses

Program Antiteror FBI Terbaru Diyakini Efektif

Mantan Direktur FBI Louis Freeh menolak tuduhan program antiterorisme FBI kurang efektif. Ia menyayangkan kebijakan AS yang hanya memberikan tiga setengah persen dari total anggaran dana antiterorisme FBI.

Liputan6.com, Washington, D.C.: Mantan Direktur Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI), Louis Freeh memberikan keterangan di depan Komisi 11 September (9/11) di Washington D.C., Amerika Serikat, Senin (13/4). Dalam keterangannya, Freeh menolak tuduhan program antiterorisme FBI yang disebut kurang efektif menangani serangan teroris terhadap Negeri Paman Sam. Sebelumnya Komisi 9/11 telah menerbitkan laporan yang memaparkan kemampuan intelijen FBI masih terbatas. Dalam laporan itu ditulis, saat kejadian, jumlah agen FBI yang bertugas hanya enam persen atau sekitar 1.300 agen dari seluruh personel yang ada.

Namun hal itu dibantah Freeh. Menurut dia, menjelang penyerangan, pihaknya telah memiliki program baru yang dinilai efektif. Namun program itu terhambat oleh keterbatasan anggaran. Ia menyayangkan kebijakan pemerintah AS yang hanya memberikan tiga setengah persen dari total anggaran dana antiterorisme FBI. Dalam Wall Street Journal, Freeh juga menulis masalah dana dengan sebutan "short of total war". Isinya, FBI bakal bersungguh-sungguh menangkap Usamah bin Ladin, pimpinan kelompok yang dituding sebagai teroris Al-Qaidah, untuk mengantisipasi penyerangan serupa di kemudian hari.

Freeh adalah orang kedua yang dipanggil Komisi 9/11 itu. Pekan silam, Penasihat Keamanan Nasional AS Condoleezza Rice akhirnya memberi keterangan sejenis setelah ditekan selama berbulan-bulan [baca: Condoleezza Rice Bersaksi]. Namun menurut dia, AS tak memiliki cara ampuh menghindari teroris.(YAN/Nlg)