Meski ultimatum telah dikeluarkan, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra bergeming. Ia menolak tuntutan para demonstran agar mundur, di tengah situasi Bangkok yang memanas.
Yingluck berargumen, tuntutan tersebut tak dimungkinkan berdasarkan konstitusi. Namun, ia mengaku tetap membuka diri bagi perundingan. Pengumuman PM cantik itu dikeluarkan di tengah rusuh yang terus terjadi di Bangkok Senin ini, saat pemrotes berusaha menyerbu kantor perdana menteri. Sudah 4 -- bahkan ada yang menyebut 5 orang yang tewas dalam kekisruhan politik terburuk di Thailand sejak 2010.
"Saya akan melakukan apapun untuk membuat rakyat bahagia, aku akan melakukan apapun...namun, sebagai perdana menteri, apa yang bisa saya lakukan harus sesuai dengan konstitusi," kata PM Yingluck seperti dimuat BBC, Senin (2/12/2013).
Para demonstran anti-pemerintah menuntut Yinluck mundur. Pimpinan protes, sekaligus mantan politisi partai oposisi, Suthep Thaugsuban kemarin bahkan mengeluarkan ultimatum: dalam 2 hari Yingluck dan partainya mundur. [Baca juga: Suthep Thaugsuban, `Dalang` (Atau Wayang) Rusuh Panas Thailand]
Pihak demonstran ingin mengganti pemerintah dengan apa yang mereka sebut sebagai 'dewan rakyat' yang anggotanya belum dipilih, dan menuding pemerintahan Yinluck dikontrol oleh kakaknya, Thaksin Shinawatra, mantan PM yang lari ke luar negeri.
Protes yang dimulai 24 November lalu awalnya berjalan damai, hingga Sabtu lalu, menjadi penuh kekerasan.
Selama akhir pekan, para demonstran mencoba merusak blokade polisi dan menyerbu ke kantor perdana menteri. Menggunakan gas air mata dan meriam air, polisi berusaha mencegah mereka.
Senin ini, para pemrotes kembali turun ke jalan dan bentrok pun kembali terjadi. Meski, jumlah para pendemo terlihat menurun dari sebelumnya. (Ein/Ism)
Yingluck berargumen, tuntutan tersebut tak dimungkinkan berdasarkan konstitusi. Namun, ia mengaku tetap membuka diri bagi perundingan. Pengumuman PM cantik itu dikeluarkan di tengah rusuh yang terus terjadi di Bangkok Senin ini, saat pemrotes berusaha menyerbu kantor perdana menteri. Sudah 4 -- bahkan ada yang menyebut 5 orang yang tewas dalam kekisruhan politik terburuk di Thailand sejak 2010.
"Saya akan melakukan apapun untuk membuat rakyat bahagia, aku akan melakukan apapun...namun, sebagai perdana menteri, apa yang bisa saya lakukan harus sesuai dengan konstitusi," kata PM Yingluck seperti dimuat BBC, Senin (2/12/2013).
Para demonstran anti-pemerintah menuntut Yinluck mundur. Pimpinan protes, sekaligus mantan politisi partai oposisi, Suthep Thaugsuban kemarin bahkan mengeluarkan ultimatum: dalam 2 hari Yingluck dan partainya mundur. [Baca juga: Suthep Thaugsuban, `Dalang` (Atau Wayang) Rusuh Panas Thailand]
Pihak demonstran ingin mengganti pemerintah dengan apa yang mereka sebut sebagai 'dewan rakyat' yang anggotanya belum dipilih, dan menuding pemerintahan Yinluck dikontrol oleh kakaknya, Thaksin Shinawatra, mantan PM yang lari ke luar negeri.
Protes yang dimulai 24 November lalu awalnya berjalan damai, hingga Sabtu lalu, menjadi penuh kekerasan.
Selama akhir pekan, para demonstran mencoba merusak blokade polisi dan menyerbu ke kantor perdana menteri. Menggunakan gas air mata dan meriam air, polisi berusaha mencegah mereka.
Senin ini, para pemrotes kembali turun ke jalan dan bentrok pun kembali terjadi. Meski, jumlah para pendemo terlihat menurun dari sebelumnya. (Ein/Ism)