Hari ini adalah hari terakhir ultimatum yang menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mundur. Alih-alih menyiagakan pasukan, polisi di Thailand justru menyingkirkan barikade di depan markas kepolisian dan pemerintahan, untuk meredakan ketegangan dengan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Kawat-kawat penghalang diputus, balok beton yang disingkirkan dimaksudkan untuk memberi jalan pada para demonstran untuk masuk ke markas kepolisian. Para pengunjuk rasa juga diizinkan melewati barikade di luar Government House, tempat perdana menteri berkantor.
Strategi berbeda diterapkan menyusul bentrok yang terjadi sepanjang akhir pekan hingga Senin malam, yang diwarnai tembakan gas air mata dan hujan peluru karet --saat para demonstran berusaha menerabas barikade polisi menyerbu kantor perdana menteri.
Sejauh ini, setidaknya hingga berita ini diturunkan, sterategi tersebut relatif berhasil. Suasana lebih tenang setelah blokade disingkirkan. Sejumlah demonstran juga bersalaman dengan petugas kepolisian atau bahkan berfoto bersama. Senyum tersungging di bibir mereka.
Seperti dikabarkan Bangkok Post, Selasa (3/12/2013), pemimpin protes, Thavorn Senniam mengklaim tindakan polisi sebagai kemenangan pihaknya.
Ia juga mengumumkan bahwa demonstran dibolehkan masuk markas kepolisian mulai pukul 10.40 waktu setempat. Namun, para pendemo sempat menunggu sejam lebih lama sebelum akhirnya masuk.
"Di setiap area di mana telah terjadi konfrontasi, saat ini kami memerintahkan polisi menarik diri. Ini adalah kebijakan pemerintah untuk menghindari konfrontasi," kata Kepala Kepolisian Kamronvit Thoopkrachang, seperti Liputan6.com kutip dari BBC.
"Hari ini kami tak menggunakan gas air mata, tak ada konfrontasi, kami akan membiarkan mereka."
Sebelumnya, PM Thailand Yingluck Shinawatra mengumumkan pihaknya akan membuka pintu bagi upaya negosiasi dan dialog, namun menolak mundur. Alasannya, itu tak sesuai dengan konstitusi.
Yingluck juga menegaskan, tuntutan para pendemo mengganti pemerintahannya dengan dewan rakyat adalah tindakan ilegal dan inkonstitusional.
Protes yang dimulai pada 24 November lalu awalnya berlangsung damai, dengan simbol peluit yang dibunyikan para demonstran. Namun, pada Sabtu pekan lalu berubah jadi kekerasan. Sudah 4 nyawa yang terenggut. (Ein/Mut)
Kawat-kawat penghalang diputus, balok beton yang disingkirkan dimaksudkan untuk memberi jalan pada para demonstran untuk masuk ke markas kepolisian. Para pengunjuk rasa juga diizinkan melewati barikade di luar Government House, tempat perdana menteri berkantor.
Strategi berbeda diterapkan menyusul bentrok yang terjadi sepanjang akhir pekan hingga Senin malam, yang diwarnai tembakan gas air mata dan hujan peluru karet --saat para demonstran berusaha menerabas barikade polisi menyerbu kantor perdana menteri.
Sejauh ini, setidaknya hingga berita ini diturunkan, sterategi tersebut relatif berhasil. Suasana lebih tenang setelah blokade disingkirkan. Sejumlah demonstran juga bersalaman dengan petugas kepolisian atau bahkan berfoto bersama. Senyum tersungging di bibir mereka.
Seperti dikabarkan Bangkok Post, Selasa (3/12/2013), pemimpin protes, Thavorn Senniam mengklaim tindakan polisi sebagai kemenangan pihaknya.
Ia juga mengumumkan bahwa demonstran dibolehkan masuk markas kepolisian mulai pukul 10.40 waktu setempat. Namun, para pendemo sempat menunggu sejam lebih lama sebelum akhirnya masuk.
"Di setiap area di mana telah terjadi konfrontasi, saat ini kami memerintahkan polisi menarik diri. Ini adalah kebijakan pemerintah untuk menghindari konfrontasi," kata Kepala Kepolisian Kamronvit Thoopkrachang, seperti Liputan6.com kutip dari BBC.
"Hari ini kami tak menggunakan gas air mata, tak ada konfrontasi, kami akan membiarkan mereka."
Sebelumnya, PM Thailand Yingluck Shinawatra mengumumkan pihaknya akan membuka pintu bagi upaya negosiasi dan dialog, namun menolak mundur. Alasannya, itu tak sesuai dengan konstitusi.
Yingluck juga menegaskan, tuntutan para pendemo mengganti pemerintahannya dengan dewan rakyat adalah tindakan ilegal dan inkonstitusional.
Protes yang dimulai pada 24 November lalu awalnya berlangsung damai, dengan simbol peluit yang dibunyikan para demonstran. Namun, pada Sabtu pekan lalu berubah jadi kekerasan. Sudah 4 nyawa yang terenggut. (Ein/Mut)