Berdasarkan logika sederhana, koala (Phascolarctos cinereus) seharusnya memiliki suara bernada relatif tinggi. Sebab, tinggi nada yang dihasilkan oleh sebuah benda bergantung dengan ukurannya -- demikian pula hewan. Makin kecil, makin tinggi suaranya.
Maka, jadi aneh ketika suara bergemuruh rendah yang keluar dari mulut hewan marsupial itu. Terutama para pejantan pada musim kawin.
Suara yang mereka keluarkan lebih mirip ringkikan keledai atau kodok muntah. Tinggi nada yang mereka keluarkan bisa 20 kali lebih rendah dari hewan lain yang beratnya sama-sama 8 kilogram. Justru lebih mirip binatang ukuran gajah. Demikian menurut studi yang dipublikasikan di jurnal sains Current Biology yang diterbitkan pada 2 Desember 2013.
Lalu, apa yang membuat koala berbeda? Hewan tukang tidur itu -- yang bisa terlelap 18 jam sehari -- ternyata punya organ tambahan di luar laring (kotak suara) yang juga mengandung pita suara seperti yang dimiliki mamalia dan hewan lain.
Dalam kasus koala, pita suara mereka terdiri dari jaringan panjang yang terlipat di palet lembut antara tenggorokan bagian atas atau faring dan rongga hidung.
Ketika koala bernapas dalam, mereka dapat mendorong udara melalui velar lipatan vokal dan menghasilkan suara bernada rendah.
"Kami menemukan bahwa koala memiliki sepasang lipatan vokal tambahan yang berada di luar laring, di mana rongga mulut dan hidung terhubung," kata Benjamin Charlton, penulis studi sekaligus peneliti dari University of Sussex, Benjamin Charlton, dalam pernyataannya seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Selasa (3/12/2013).Â
"Kami juga menemukan bahwa koala menggunakan lipatan vokal tambahan untuk memproduksi panggilan kawin bernada sangat rendah."
Dalam studinya, Charlton dan koleganya meneliti laring dan tenggorokan 10 koala jantan dan menemukan lipatan vokal yang sama. Koala betina juga diketahui memiliki suara rendah, yang bakal dipelajari.
Menurut para ilmuwan, ini adalah satu-satunya contoh organ di luar laring yang memproduksi vokalisasi, selain struktur khusus "phonic lips" atau bibir fonik yang digunakan paus untuk menciptakan echolocation clicks atau ekolokasi -- gelombang suara yang dipantulkan ke obyek lain.
Dengan menggunakan pantulan bunyi tersebut, paus bisa mengidentifikasi keberadaan obyek lain dan mengetahui situasi di sekitarnya. (Ein/Riz)
Maka, jadi aneh ketika suara bergemuruh rendah yang keluar dari mulut hewan marsupial itu. Terutama para pejantan pada musim kawin.
Suara yang mereka keluarkan lebih mirip ringkikan keledai atau kodok muntah. Tinggi nada yang mereka keluarkan bisa 20 kali lebih rendah dari hewan lain yang beratnya sama-sama 8 kilogram. Justru lebih mirip binatang ukuran gajah. Demikian menurut studi yang dipublikasikan di jurnal sains Current Biology yang diterbitkan pada 2 Desember 2013.
Lalu, apa yang membuat koala berbeda? Hewan tukang tidur itu -- yang bisa terlelap 18 jam sehari -- ternyata punya organ tambahan di luar laring (kotak suara) yang juga mengandung pita suara seperti yang dimiliki mamalia dan hewan lain.
Dalam kasus koala, pita suara mereka terdiri dari jaringan panjang yang terlipat di palet lembut antara tenggorokan bagian atas atau faring dan rongga hidung.
Ketika koala bernapas dalam, mereka dapat mendorong udara melalui velar lipatan vokal dan menghasilkan suara bernada rendah.
"Kami menemukan bahwa koala memiliki sepasang lipatan vokal tambahan yang berada di luar laring, di mana rongga mulut dan hidung terhubung," kata Benjamin Charlton, penulis studi sekaligus peneliti dari University of Sussex, Benjamin Charlton, dalam pernyataannya seperti Liputan6.com kutip dari situs sains LiveScience, Selasa (3/12/2013).Â
"Kami juga menemukan bahwa koala menggunakan lipatan vokal tambahan untuk memproduksi panggilan kawin bernada sangat rendah."
Dalam studinya, Charlton dan koleganya meneliti laring dan tenggorokan 10 koala jantan dan menemukan lipatan vokal yang sama. Koala betina juga diketahui memiliki suara rendah, yang bakal dipelajari.
Menurut para ilmuwan, ini adalah satu-satunya contoh organ di luar laring yang memproduksi vokalisasi, selain struktur khusus "phonic lips" atau bibir fonik yang digunakan paus untuk menciptakan echolocation clicks atau ekolokasi -- gelombang suara yang dipantulkan ke obyek lain.
Dengan menggunakan pantulan bunyi tersebut, paus bisa mengidentifikasi keberadaan obyek lain dan mengetahui situasi di sekitarnya. (Ein/Riz)