Situasi Bangkok makin memanas dalam beberapa hari terakhir, menyusul kampanye 'shutdown' atau membuat ibukota Thailand lumpuh, yang dilakukan massa anti-pemerintah.
Kekerasan demi kekerasan terjadi, belakangan bahkan mengincar tempat tinggal mantan Perdana Menteri Thailand sekaligus pemimpin Partai Demokrat Abhisit Vejjajiva di Sukhumvit Soi 31. Bom dilempar sesaat sebelum Selasa tengah malam. Untung, tak ada satu pun yang terluka.
Seperti dikabarkan Bangkok Post, Rabu (15/1/2014), ledakan merusak atap rumah dan memecahkan kaca-kaca jendela rumah megah yang kepemilikannya atas nama ayah Abhisit, Athasit -- yang tinggal bersama keluarga anaknya di rumah itu.
Abhisit dan keluarganya tidak berada dalam rumah itu saat kejadian. Empat tersangka telah ditahan, salah satunya adalah perempuan -- yang kemudian dibebaskan karena tak ada bukti terkait dengan kejadian pemboman. Demikian diungkap Kepala Kepolisian Bang Na, Kolonel Thawatkiat Kuanchinda.
Di tempat terpisah, dua oranng yang diyakini petugas keamanan massa anti pemerintah, Komite Reformasi Rakyat Demokratik atau People's Democratic Reform Committee (PDRC), terluka dalam insiden penembakan di dekat Jembatan Hua Chang di Distrik Ratchathewi.
Insiden terjadi sekitar tengah malam. Saksi mata mengatakan, tembakan berasal dari gedung yang ada di sekitar area yang digunakan sebagai lokasi demo massa anti-pemerintah.
Tak cuma itu, di Nang Loeng, sebuah bus yang berasal dari Provinsi Phatthalung dibakar Rabu ini, sekitar pukul 01.47 waktu setempat. Tak ada korban dalam insiden itu.
Sopirnya, Ampai Saengpratheep mengatakan, bus mengangkut para pemrotes dari provinsi di sebelah selatan untuk mengikuti aksi massa Minggu ini. Area tersebuh kini dikuasai mahasiswa dan massa anti-pemerintah.
Penembakan terjadi di tengah kampanye PDRC -- untuk men-shutdown Bangkok dan memaksa para anggota kabinet pemerintahan PM Yingluck Sinawatra mundur, digantikan kabinet baru yang dipimpin politisi Suthep Thaugsuban -- yang memasuki hari ketiga Rabu ini.
Sementara, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan otoritas keamanan mengaku khawatir, kelompok 'pihak ketiga' akan mengambil kesempatan untuk menghasut terjadinya kekerasan. Sementara, untuk desakan mundur, sang PM cantik tak bakal menurutinya. "Saya tak punya niat untuk mundur atau membubarkan DPR," ujar Yingluck.
Demonstrasi besar-besaran mulai terjadi sejak akhir November 2013. Aksi protes awalnya dipicu kontroversi RUU Amnesti Politik yang didukung pemerintah.
Para demonstran menilai, dukungan pemerintah atas RUU tersebut merupakan upaya untuk memberi peluang kakak kandung Yingluck, mantan PM Thaksin kembali ke Thailand tanpa menjalani hukuman atas kasus korupsi.(Ein/Yus)
Baca juga:
Bangkok Terus Dibikin Lumpuh Sampai PM Cantik Bersedia Mundur
Bangkok Shutdown, Pemimpin Oposisi Tolak Kompromi
Blokir Jalan, Demonstran Mau Bikin Bangkok Lumpuh
Kekerasan demi kekerasan terjadi, belakangan bahkan mengincar tempat tinggal mantan Perdana Menteri Thailand sekaligus pemimpin Partai Demokrat Abhisit Vejjajiva di Sukhumvit Soi 31. Bom dilempar sesaat sebelum Selasa tengah malam. Untung, tak ada satu pun yang terluka.
Seperti dikabarkan Bangkok Post, Rabu (15/1/2014), ledakan merusak atap rumah dan memecahkan kaca-kaca jendela rumah megah yang kepemilikannya atas nama ayah Abhisit, Athasit -- yang tinggal bersama keluarga anaknya di rumah itu.
Abhisit dan keluarganya tidak berada dalam rumah itu saat kejadian. Empat tersangka telah ditahan, salah satunya adalah perempuan -- yang kemudian dibebaskan karena tak ada bukti terkait dengan kejadian pemboman. Demikian diungkap Kepala Kepolisian Bang Na, Kolonel Thawatkiat Kuanchinda.
Di tempat terpisah, dua oranng yang diyakini petugas keamanan massa anti pemerintah, Komite Reformasi Rakyat Demokratik atau People's Democratic Reform Committee (PDRC), terluka dalam insiden penembakan di dekat Jembatan Hua Chang di Distrik Ratchathewi.
Insiden terjadi sekitar tengah malam. Saksi mata mengatakan, tembakan berasal dari gedung yang ada di sekitar area yang digunakan sebagai lokasi demo massa anti-pemerintah.
Tak cuma itu, di Nang Loeng, sebuah bus yang berasal dari Provinsi Phatthalung dibakar Rabu ini, sekitar pukul 01.47 waktu setempat. Tak ada korban dalam insiden itu.
Sopirnya, Ampai Saengpratheep mengatakan, bus mengangkut para pemrotes dari provinsi di sebelah selatan untuk mengikuti aksi massa Minggu ini. Area tersebuh kini dikuasai mahasiswa dan massa anti-pemerintah.
Penembakan terjadi di tengah kampanye PDRC -- untuk men-shutdown Bangkok dan memaksa para anggota kabinet pemerintahan PM Yingluck Sinawatra mundur, digantikan kabinet baru yang dipimpin politisi Suthep Thaugsuban -- yang memasuki hari ketiga Rabu ini.
Sementara, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan otoritas keamanan mengaku khawatir, kelompok 'pihak ketiga' akan mengambil kesempatan untuk menghasut terjadinya kekerasan. Sementara, untuk desakan mundur, sang PM cantik tak bakal menurutinya. "Saya tak punya niat untuk mundur atau membubarkan DPR," ujar Yingluck.
Demonstrasi besar-besaran mulai terjadi sejak akhir November 2013. Aksi protes awalnya dipicu kontroversi RUU Amnesti Politik yang didukung pemerintah.
Para demonstran menilai, dukungan pemerintah atas RUU tersebut merupakan upaya untuk memberi peluang kakak kandung Yingluck, mantan PM Thaksin kembali ke Thailand tanpa menjalani hukuman atas kasus korupsi.(Ein/Yus)
Baca juga:
Bangkok Terus Dibikin Lumpuh Sampai PM Cantik Bersedia Mundur
Bangkok Shutdown, Pemimpin Oposisi Tolak Kompromi
Blokir Jalan, Demonstran Mau Bikin Bangkok Lumpuh