Selama berbulan-bulan, puluhan aktivis lingkungan di Islandia turun ke jalan, menentang pembangunan jalan yang menembus daerah batuan vulkanik di Semenanjung Alftanes, tak jauh dari ibukota, Reykjavik.
Hal yang mereka lakukan hanya satu di antara banyak protes lingkungan hidup di seluruh dunia, namun kampanye tersebut ramai diberitakan media internasional. Sebab, isu yang mereka angkat unik dan menggelitik: Selamatkan para kurcaci!
Para aktivis beralasan, pembangunan jalan akan mengganggu habitat kurcaci yang diyakini tinggal di antara bebatuan.
Kurcaci dan peri. Dua makhluk itu erat kaitannya dalam cerita rakyat setempat. Kurcaci, khususnya, muncul dari mitologi Nordik awal. Jajak pendapat menunjukkan, lebih dari separuh warga Islandia yakin keberadaan kurcaci, atau setidaknya, tidak mengenyampingkan kemungkinan keberadaan mereka.
Kok bisa warga 'negeri es' percaya makhluk mistis itu? Konsep Islandia terhadap alam adalah untuk melestarikan makhluk-makhluk magis itu.
Dalam buku, "Icelandic Folk and Fairy Tales" -- kisah rakyat dan dongeng Islandia, penulis May dan Hallberg Hallmundsson menjelaskan bagaimana konsep Islandia untuk alam terkait dengan cerita rakyat tentang kurcaci dan peri.
"Rakyat Islandia sangat terhubung dengan Tanah Airnya, mungkin lebih daripada yang lain...Rasa cinta untuk negeri dalam arti fisik: tanah, gunung-gunung, sungai, lembah, gunung berapi yang terus melontarkan lava, juga pada es yang membeku," demikian tertera dalam buku itu, seperti dimuat situs sains, LiveScience 14 Januari 2014.
"Dan bagi warga Islandia, tanah bukan hanya akumulasi benda mati -- tumpukan batu dan tanah -- namun entitas yang hidup. Segala fitur pemandangan punya karakternya sendiri. Dihormati atau ditakuti. Dianggap hidup."
Jiwa-jiwa yang hidup diyakini menghuni bukit dan aliran air. Di Islandia, mereka dipersonifikasikan sebagai kurcaci dan makhluk gaib lainnya.
Terdengar kuno? Meski mudah untuk mengejek keyakinan rakyat seperti itu sebagai 'terbelakang', kebanyakan budaya mengakui keberadaan makhluk supranatural atau magis, termasuk setan, malaikat, hantu dan jin. Para kurcaci dan peri punya dunia mereka sendiri yang tersembunyi dan umumnya mengabaikan manusia. Mereka harus diperlakukan dengan baik, jika tidak, mereka bisa balas dendam.
Sementara, penulis cerita, Andy Lechter dalam artikelnya, "The Scouring of the Shire: Fairies, Trolls, and Pixies in Eco-Protest Culture" mengatakan, membangkitkan peri dan kurcaci dalam perjuangan untuk melestarikan kawasan alam, tidak hanya menangkap imajinasi romantis publik, tetapi juga menyentuh masalah sosial dan budaya yang sudah ada sebelumnya: pemahaman mendalam tentang lingkungan hidup. Bahwa perubahan modern bisa berbahaya bagi alam. Dan alam, bukan hanya milik manusia. (Ein/Yus)
Baca juga:
Misi Rahasia Nazi-Hitler: Menguak Atlantis dan `Holy Grail`
Terpecahkan! Misteri Patung Mesir Kuno (Tak) Bergerak Sendiri
Penampakan `Unicorn Asia` Tertangkap Kamera di Vietnam
Hal yang mereka lakukan hanya satu di antara banyak protes lingkungan hidup di seluruh dunia, namun kampanye tersebut ramai diberitakan media internasional. Sebab, isu yang mereka angkat unik dan menggelitik: Selamatkan para kurcaci!
Para aktivis beralasan, pembangunan jalan akan mengganggu habitat kurcaci yang diyakini tinggal di antara bebatuan.
Kurcaci dan peri. Dua makhluk itu erat kaitannya dalam cerita rakyat setempat. Kurcaci, khususnya, muncul dari mitologi Nordik awal. Jajak pendapat menunjukkan, lebih dari separuh warga Islandia yakin keberadaan kurcaci, atau setidaknya, tidak mengenyampingkan kemungkinan keberadaan mereka.
Kok bisa warga 'negeri es' percaya makhluk mistis itu? Konsep Islandia terhadap alam adalah untuk melestarikan makhluk-makhluk magis itu.
Dalam buku, "Icelandic Folk and Fairy Tales" -- kisah rakyat dan dongeng Islandia, penulis May dan Hallberg Hallmundsson menjelaskan bagaimana konsep Islandia untuk alam terkait dengan cerita rakyat tentang kurcaci dan peri.
"Rakyat Islandia sangat terhubung dengan Tanah Airnya, mungkin lebih daripada yang lain...Rasa cinta untuk negeri dalam arti fisik: tanah, gunung-gunung, sungai, lembah, gunung berapi yang terus melontarkan lava, juga pada es yang membeku," demikian tertera dalam buku itu, seperti dimuat situs sains, LiveScience 14 Januari 2014.
"Dan bagi warga Islandia, tanah bukan hanya akumulasi benda mati -- tumpukan batu dan tanah -- namun entitas yang hidup. Segala fitur pemandangan punya karakternya sendiri. Dihormati atau ditakuti. Dianggap hidup."
Jiwa-jiwa yang hidup diyakini menghuni bukit dan aliran air. Di Islandia, mereka dipersonifikasikan sebagai kurcaci dan makhluk gaib lainnya.
Terdengar kuno? Meski mudah untuk mengejek keyakinan rakyat seperti itu sebagai 'terbelakang', kebanyakan budaya mengakui keberadaan makhluk supranatural atau magis, termasuk setan, malaikat, hantu dan jin. Para kurcaci dan peri punya dunia mereka sendiri yang tersembunyi dan umumnya mengabaikan manusia. Mereka harus diperlakukan dengan baik, jika tidak, mereka bisa balas dendam.
Sementara, penulis cerita, Andy Lechter dalam artikelnya, "The Scouring of the Shire: Fairies, Trolls, and Pixies in Eco-Protest Culture" mengatakan, membangkitkan peri dan kurcaci dalam perjuangan untuk melestarikan kawasan alam, tidak hanya menangkap imajinasi romantis publik, tetapi juga menyentuh masalah sosial dan budaya yang sudah ada sebelumnya: pemahaman mendalam tentang lingkungan hidup. Bahwa perubahan modern bisa berbahaya bagi alam. Dan alam, bukan hanya milik manusia. (Ein/Yus)
Baca juga:
Misi Rahasia Nazi-Hitler: Menguak Atlantis dan `Holy Grail`
Terpecahkan! Misteri Patung Mesir Kuno (Tak) Bergerak Sendiri
Penampakan `Unicorn Asia` Tertangkap Kamera di Vietnam