Status darurat diberlakukan mulai Rabu ini selama 60 hari di Thailand, belum bisa mencegah kekerasan. Pemimpin massa pro-pemerintah 'kaus merah', Kwanchai Praipana ditembak di rumahnya di Provinsi Udon Thani di utara.
Korban adalah presenter radio lokal yang memainkan peran penting dalam protes di Bangkok tahun 2010. Untung nyawanya tak sampai melayang.
Kwanchai Praipana adalah pendukung PM Thaksin Shinawatra dan pemerintahan saat ini yang dipimpin Yingluck Shinawatra -- adik Thaksin. Ia mengalami luka di kaki dan bahu. Korban sekonyong-konyong ditembak saat sedang berdiri di muka rumahnya.
Pejabat polisi setempat, Kolonel Kowit Tharoenwattanasuk mengatakan, penembakan dilakukan oleh orang tak dikenal yang melepas peluru dari truk atap terbuka. "Serangan kemungkinan bermotif politik," kata dia, seperti dimuat BBC, Selasa (22/1/2014).
Itu bukan kekerasan pertama. Setidaknya sudah 9 orang tewas sejak protes berlangsung tahun lalu.
Masa 'Kaus Merah' Bangkit?
Penembakan terjadi saat massa anti-pemerintah meneruskan blokade mereka atas sebagian Ibukota Bangkok, untuk memaksa Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mundur.
Massa tak mengindahkan status darurat yang memberi pemerintah kekuasaan di antaranya untuk mengontrol keramaian dan menyensor media, juga menangkap tanpa surat perintah -- meski belum jelas kewenangan apa yang akan digunakan.
Para demonstran yang memulai aksinya November lalu menuding pemerintahan PM Yingluck Shinawatra disetir oleh kakaknya, Thaksin Shinawatra yang kini berada di luar negeri. Mereka menginginkan pemerintahan diganti 'dewan rakyat'.
Di sisi lain PM Yingluck menolak mundur dan telah menetapkan hari pemilu pada 2 Februari 2014 mendatang.
Sementara, massa pendukung pemerintah 'kaus merah' -- yang membuat Bangkok lumpuh pada 2010 -- sejauh ini masih menahan diri. Sejumlah pengamat mengkhawatirkan, kekerasan yang terjadi -- termasuk penembakan atas Kwanchai Praipana bisa memicu mereka turun ke jalan. Yang bakal membuat Thailand, khususnya Bangkok, makin kisruh. Bentrokan antar-massa bukan tak mungkin terjadi.
Menanggapi situasi terakhir di Negeri Gajah Putih, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat bahkan mengeluarkan pernyataan yang meminta semua pihak di Thailand untuk tidak melakukan kekerasan, menahan diri, dan menghormati aturan hukum.
"Kami mendorong semua pihak yang terlibat untuk melakukan dialog yang tulus untuk menyelesaikan perbedaan politik secara damai dan demokratis," demikian keterangan dari juru bicara Deplu AS, Marie Harf. (Ein/Mut)
Baca juga:
Thailand Darurat 60 Hari!
PM Cantik Diperiksa Komisi Antikorupsi Thailand Terkait Beras
2 Ledakan Picu Huru Hara di Tengah Demo Bangkok, 28 Luka
Korban adalah presenter radio lokal yang memainkan peran penting dalam protes di Bangkok tahun 2010. Untung nyawanya tak sampai melayang.
Kwanchai Praipana adalah pendukung PM Thaksin Shinawatra dan pemerintahan saat ini yang dipimpin Yingluck Shinawatra -- adik Thaksin. Ia mengalami luka di kaki dan bahu. Korban sekonyong-konyong ditembak saat sedang berdiri di muka rumahnya.
Pejabat polisi setempat, Kolonel Kowit Tharoenwattanasuk mengatakan, penembakan dilakukan oleh orang tak dikenal yang melepas peluru dari truk atap terbuka. "Serangan kemungkinan bermotif politik," kata dia, seperti dimuat BBC, Selasa (22/1/2014).
Itu bukan kekerasan pertama. Setidaknya sudah 9 orang tewas sejak protes berlangsung tahun lalu.
Masa 'Kaus Merah' Bangkit?
Penembakan terjadi saat massa anti-pemerintah meneruskan blokade mereka atas sebagian Ibukota Bangkok, untuk memaksa Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mundur.
Massa tak mengindahkan status darurat yang memberi pemerintah kekuasaan di antaranya untuk mengontrol keramaian dan menyensor media, juga menangkap tanpa surat perintah -- meski belum jelas kewenangan apa yang akan digunakan.
Para demonstran yang memulai aksinya November lalu menuding pemerintahan PM Yingluck Shinawatra disetir oleh kakaknya, Thaksin Shinawatra yang kini berada di luar negeri. Mereka menginginkan pemerintahan diganti 'dewan rakyat'.
Di sisi lain PM Yingluck menolak mundur dan telah menetapkan hari pemilu pada 2 Februari 2014 mendatang.
Sementara, massa pendukung pemerintah 'kaus merah' -- yang membuat Bangkok lumpuh pada 2010 -- sejauh ini masih menahan diri. Sejumlah pengamat mengkhawatirkan, kekerasan yang terjadi -- termasuk penembakan atas Kwanchai Praipana bisa memicu mereka turun ke jalan. Yang bakal membuat Thailand, khususnya Bangkok, makin kisruh. Bentrokan antar-massa bukan tak mungkin terjadi.
Menanggapi situasi terakhir di Negeri Gajah Putih, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat bahkan mengeluarkan pernyataan yang meminta semua pihak di Thailand untuk tidak melakukan kekerasan, menahan diri, dan menghormati aturan hukum.
"Kami mendorong semua pihak yang terlibat untuk melakukan dialog yang tulus untuk menyelesaikan perbedaan politik secara damai dan demokratis," demikian keterangan dari juru bicara Deplu AS, Marie Harf. (Ein/Mut)
Baca juga:
Thailand Darurat 60 Hari!
PM Cantik Diperiksa Komisi Antikorupsi Thailand Terkait Beras
2 Ledakan Picu Huru Hara di Tengah Demo Bangkok, 28 Luka