Sukses

Manusia Gua Purba Unik, Kulit Hitam Tapi Bermata Biru

Manusia pemburu dan peramu kuno yang diberi nama La Brana 1 memiliki kombinasi gen Afrika dan Eropa.

Bola mata yang biru terang kontras dengan kulit dan rambutnya yang hitam. Orang gua berusia 7.000 tahun tersebut menjadi petunjuk evolusi genetika manusia.

Jasadnya ditemukan di ketinggian 5.000 kaki atau 1.524 meter di kawasan pegunungan di barat laut Spanyol pada 2006.

Para ahli yang mempelajari fosilnya terkesima pada manusia pemburu dan peramu kuno itu -- yang diberi nama La Brana 1 -- memiliki kombinasi gen Afrika dan Eropa.

Hasil analisis DNA yang diambil dari gigi mengungkap, ia memiliki rambut dan kulit berwana gelap atau hitam dan mata yang biru. Demikian dilaporkan dalam jurnal ilmiah Nature, seperti dimuat Daily Mail, 26 Januari 2014.

Campuran sifat genetika Afrika dan Eropa menunjukkan bahwa transformasi ras manusia modern masih berlangsung lama setelah mereka meninggalkan Afrika. Diawali perubahan warna mata sebelum perubahan dalam warna kulit.

Pemimpin studi, Profesor Carles Lalueza-Fox dari Institute of EvolutionaryBiology, Barcelona mengatakan, "Kejutan terbesar adalah menemukan bahwa individu tersebut memiliki versi Afrika di gen yang menentukan pigmentasi cerah dari orang Eropa saat ini."

La Brana 1 menunjukkan kesamaan genetik dengan orang Skandinavia, juga berbagi nenek moyang yang sama dengan orang-orang tinggal di Siberia lebih dari 20 ribu tahun lalu.

La Brana 1 adalah satu dari dua kerangka pria dewasa yang diawetkan alam dengan baik, yang diekskavasi sistem gua di La Brana-Arintero dekat Leon, Spanyol.

Para ilmuwan fokus meneliti DNA  La Brana 1 yang kondisinya lebih baik. Mereka berharap bisa menyusul genom kerangka manusia lainnya yang dinamakan La Brana 2.

Kedua individu tersebut berasal dari masa 7.000 tahun lalu. Mereka hidup pada periode Mesolithic, yang berakhir 5.000 tahun yang lalu seiring pengembangan pertanian dan peternakan di Timur Tengah.

Meski kulit La Brana 1 gelap, para ilmuwan menemukan kesamaan genetiknya dengan bangsa Skandinavia dari Swedia.

Ia juga berbagi nenek moyang dengan orang-orang yang tinggal Upper Palaeolithic di Mal'ta,  dekat Danau Baikal, Siberia, lebih dari 20 ribu tahun lalu.

DNA yang diekstraksi dari fosil seorang bocah Siberia tahun lalu mengungkap keterkaitan dengan  penduduk asli Amerika.

"Data ini menunjukkan bahwa ada kontinuitas genetik dalam populasi Eurasia tengah dan barat," kata  Lalueza - Fox.

Petunjuk pada genom La Brana 1 menunjuk beberapa perubahan yang terjadi pada manusia sebagai akibat peralihan dari cara hidup pemburu-peramu ke pertanian. Ia tidak mampu mencerna laktosa dalam susu atau makanan bertepung yang menjadi andalan petani Neolitik.

Pertanian diperkirakan telah mendorong perubahan dalam sistem kekebalan tubuh manusia akibat paparan bakteri dan virus dari hewan.

Namun, sejumlah varian DNA yang memiliki kemampuan melawan infeksi pada manusia  Eropa modern sudah hadir pada manusia purba pemburu-peramu -- menunjukkan varian DNA tersebut tidak mutlak muncul sebagai adaptasi untuk cara hidup bertani,  tetapi memiliki asal usul lebih kuno.

Sementara, campuran sifat Afrika dan Eropa menunjukkan bahwa lama setelah manusia modern meninggalkan Afrika, transformasi ras mereka masih dalam proses -- dengan perubahan warna mata mendahului berubahnya warna kulit. (Ein/Mut)

Baca juga:
Penampakan Manusia Purba Stonehenge Berumur 5.500 Tahun: Ganteng!
Ditemukan Makam Firaun Mesir `Terlupakan` dengan Jasad Terputus
Misteri Evolusi Terkuak dari Ikan Aneh `Nenek Moyang` Manusia