Kabut asap tebal akibat musim dingin dan polusi yang menyelimuti China bagian tengah dan timur pekan ini, memunculkan usulan kepada negara terkait larangan kembang api. Meski penggunaan kembang api merupakan tradisi pembawa keberuntungan pada perayaan Tahun Baru China yang juga dikenal dengan sebutan Imlek. Perayaan tersbut pun terancam tak menggunakan kembang api.
Dilansir dari Zeenews yang dikutip Liputan6.com, Kamis (30/1/2014), perayaan Imlek yang dimulai pada hari Jumat 31 Januari biasanya memang ditandai letusan kembang api besar-besaran. Tapi kondisi udara yang tak memungkinkan akibat polusi parah, pastinya akan mengubah kota itu menjadi mirip dengan zona perang karena langit akan menghitam diselimuti asap tebal selama berjam-jam.
"Dengan adanya asap yang mulai menyelimuti China bagian tengah dan timur sejak Kamis, pemerintah daerah harus melarang penggunaan kembang api sepenuhnya," ujar Chen Zhenlin, juru bicara China Meteorological Administration seperti dimuat media pemerintah China Daily.
"Petasan dan kembang api dapat melepaskan sejumlah besar gas beracun dan partikel seperti sulfur dioksida, yang akan menyebabkan polusi udara parah," jelas Chen.
Pihak berwenang, termasuk di Beijing, sejauh ini telah meminta orang-orang untuk menyalakan kembang api lebih sedikit tahun ini demi meningkatkan kualitas udara. Meskipun di Ibukota Chna sendiri belum ada langkah untuk menutup sementara kios-kios yang menjual kembang api.
"Akibat kondisi udara berkabut itu, sejauh ini penjualan kembang di Beijing menurun. Karena orang-orang menginginkan langit terlihat lebih jelas," begitu ditulis media pemerintah tersebut.
"Kami telah mengurangi penggunaan jumlah kembang api di kota, sekitar 13 persen tahun ini. Dan kami tidak yakin semua kembang api kami yang sudah di stok akan terjual," ungkap Wu Liyu, kepala Beijing Fireworks Co, kepada China Daily.
Sebagian besar dari Cina timur, termasuk Shanghai telah diselimuti asap tebal pada musim dingin ini. Namun kali ini kondisi di Beijing tak separah di Shanghai. (Tnt)
Baca juga:
Dilansir dari Zeenews yang dikutip Liputan6.com, Kamis (30/1/2014), perayaan Imlek yang dimulai pada hari Jumat 31 Januari biasanya memang ditandai letusan kembang api besar-besaran. Tapi kondisi udara yang tak memungkinkan akibat polusi parah, pastinya akan mengubah kota itu menjadi mirip dengan zona perang karena langit akan menghitam diselimuti asap tebal selama berjam-jam.
"Dengan adanya asap yang mulai menyelimuti China bagian tengah dan timur sejak Kamis, pemerintah daerah harus melarang penggunaan kembang api sepenuhnya," ujar Chen Zhenlin, juru bicara China Meteorological Administration seperti dimuat media pemerintah China Daily.
"Petasan dan kembang api dapat melepaskan sejumlah besar gas beracun dan partikel seperti sulfur dioksida, yang akan menyebabkan polusi udara parah," jelas Chen.
Pihak berwenang, termasuk di Beijing, sejauh ini telah meminta orang-orang untuk menyalakan kembang api lebih sedikit tahun ini demi meningkatkan kualitas udara. Meskipun di Ibukota Chna sendiri belum ada langkah untuk menutup sementara kios-kios yang menjual kembang api.
"Akibat kondisi udara berkabut itu, sejauh ini penjualan kembang di Beijing menurun. Karena orang-orang menginginkan langit terlihat lebih jelas," begitu ditulis media pemerintah tersebut.
"Kami telah mengurangi penggunaan jumlah kembang api di kota, sekitar 13 persen tahun ini. Dan kami tidak yakin semua kembang api kami yang sudah di stok akan terjual," ungkap Wu Liyu, kepala Beijing Fireworks Co, kepada China Daily.
Sebagian besar dari Cina timur, termasuk Shanghai telah diselimuti asap tebal pada musim dingin ini. Namun kali ini kondisi di Beijing tak separah di Shanghai. (Tnt)
Baca juga:
Polusi China `Menyebar` Hingga Los Angeles
Kentut dan Sendawa Sapi Picu Ledakan di Peternakan Jerman
Berkabut Parah, China Pasang `Matahari` Digital