Pola-pola berbentuk cincin terbentuk di dasar Laut Baltik, tepatnya di lepas pantai Pulau Mon, Denmark.
Cincin-cincin yang terbentuk di sela tanaman laut (eelgrass) -- lebarnya bisa mencapai 15 meter -- terkadang bisa jelas terlihat dari permukaan air laut yang jernih. Formasi tersebut kali pertama terjepret kamera para wisatawan pada 2008, lalu 2011. Memicu spekulasi yang biasanya mengiringi kemunculan crop circle atau lingkaran tanaman di lahan-lahan pertanian.
Kini, misteri penyebab terbentuknya pola-pola unik itu terkuak. Ternyata, tak ada kaitan dengan alien atau pendaratan UFO.
Ahli biologi, Marianne Holmer dari University of Southern Denmark dan koleganya, Jens Borum dari University of Copenhagen meyakinkan, "lingkaran itu tak ada kaitannya dengan kawah bom atau situs pendaratan alien," demikian Liputan6.com kutip dari situs Huffington Post, 3 Februari 2014. Penjelasan mereka disajikan lengkap di jurnal ilmiah Marine Biology.
"Juga tak ada kaitan dengan peri, yang di masa lalu selalu jadi pihak tertuduh saat muncul fenomena serupa di daratan. Lingkaran peri di rerumputan jadi contoh terkenal," kata Holmer dan Borum dalam sebuah pernyataan.
Lalu, apa penyebabnya? Jawabannya adalah 'racun'.
Para ahli biologi menyimpulkan, lingkaran-lingkaran itu terbentuk akibat pola memancar di mana eelgrass tumbuh -- lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi.
Zat yang bisa meracuni eelgrass bisa terbentuk secara alami di dasar laut berkapur seperti di Mon. Atau, secara tidak alami saat racun pertanian masuk ke ekosistem laut.
"Kebanyakan lumpur tersapu dari bagian yang tandus, dasar laut berkapur. Namun, seperti halnya pohon menangkap tanah di lereng bukit gundul, eelgrass memerangkap lumpur," jelas Holmer dan Borum. "Oleh karena itu ada konsentrasi tinggi lumpur kaya sulfida antara tanaman eelgrass."
Meski mirip rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia mengembang ke luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Eelgrass dewasa yang sehat bisa bertahan dari paparan sulfida di lingkungannya --di pinggir lingkaran. Namun, tanaman tua di jantung koloni mati.
"Hasilnya adalah bentuk melingkar yang luar biasa, di mana hanya tanaman di tepi lingkaran yang bertahan -- seperti lingkaran peri di rumput," jelas Holmer dan Borum menambahkan .
Lingkaran peri di darat misalnya yang memenuhi padang rumput Gurun Namibia, Afrika -- yang tenar dengan sebutan 'lingkaran peri'.
Hipotesis pun bermunculan, ada yang menduga itu ulah semut atau rayap, juga gas dari tanah yang mematikan rumput. Kini muncul titik terang, pola tersebut kemungkinan besar muncul karena sebab alami: sengitnya kompetisi rumput di bawah permukaan tanah. [Baca juga: Terkuak, Misteri Asal Usul `Lingkaran Peri` di Gurun Afrika]
Crop Circle Bawah Laut
Tak cuma lingkaran peri, crop circle atau pola lingkaran tanaman juga ditemukan di bawah laut.
Suatu hari, seorang fotografer Jepang, Yoji Ookata melakukan kegiatan rutin tahunannya, menyelam di Samudera Pasifik. Tiba-tiba, matanya menangkap hal yang tak biasa. Pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter tercetak di hamparan pasir dasar laut sedalam 24,3 meter. Sangat mirip dengan pola crop circle.
Dalam 50 tahun karir profesionalnya sebagai fotografer bawah laut, Ookata tak pernah melihat fenomena seperti itu. Ia lalu memotret temuannya dan memberinya judul "lingkaran misterius".
Tak ada kaitan dengan UFO, atau kerjaan orang iseng. Menggunakan kamera bawah air, tim menemukan "seniman" yang membentuk pola tersebut: ikan buntal (puffer fish). Ikan itu, meski beracun, dianggap sebagai makanan lezat di Jepang.
Lalu bagaimana ikan itu bekerja. Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya.
Pasir berpola itu untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran.
Tak hanya cantik, crop circle bawah laut juga punya fungsi praktis, pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
Para ahli mengungkapkan, makin tinggi pasir yang ditumpuk membentuk pola geometris, makin tinggi kesempatan ikan memperoleh pasangan. Batu kecil dan kerang yang ditata di pinggir lingkaran, juga bisa menyediakan nutrisi untuk para ikan kecil yang baru menetas. (Ein/Rmn)
Baca juga:
Tebak! Seberapa Cepat Kita Berputar pada Poros Bumi?
Danau Poyang Kering, Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China?
Heboh `Sungai Darah` Bak Film Horor di Inggris, Ini Penyebabnya
Cincin-cincin yang terbentuk di sela tanaman laut (eelgrass) -- lebarnya bisa mencapai 15 meter -- terkadang bisa jelas terlihat dari permukaan air laut yang jernih. Formasi tersebut kali pertama terjepret kamera para wisatawan pada 2008, lalu 2011. Memicu spekulasi yang biasanya mengiringi kemunculan crop circle atau lingkaran tanaman di lahan-lahan pertanian.
Kini, misteri penyebab terbentuknya pola-pola unik itu terkuak. Ternyata, tak ada kaitan dengan alien atau pendaratan UFO.
Ahli biologi, Marianne Holmer dari University of Southern Denmark dan koleganya, Jens Borum dari University of Copenhagen meyakinkan, "lingkaran itu tak ada kaitannya dengan kawah bom atau situs pendaratan alien," demikian Liputan6.com kutip dari situs Huffington Post, 3 Februari 2014. Penjelasan mereka disajikan lengkap di jurnal ilmiah Marine Biology.
"Juga tak ada kaitan dengan peri, yang di masa lalu selalu jadi pihak tertuduh saat muncul fenomena serupa di daratan. Lingkaran peri di rerumputan jadi contoh terkenal," kata Holmer dan Borum dalam sebuah pernyataan.
Lalu, apa penyebabnya? Jawabannya adalah 'racun'.
Para ahli biologi menyimpulkan, lingkaran-lingkaran itu terbentuk akibat pola memancar di mana eelgrass tumbuh -- lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi.
Zat yang bisa meracuni eelgrass bisa terbentuk secara alami di dasar laut berkapur seperti di Mon. Atau, secara tidak alami saat racun pertanian masuk ke ekosistem laut.
"Kebanyakan lumpur tersapu dari bagian yang tandus, dasar laut berkapur. Namun, seperti halnya pohon menangkap tanah di lereng bukit gundul, eelgrass memerangkap lumpur," jelas Holmer dan Borum. "Oleh karena itu ada konsentrasi tinggi lumpur kaya sulfida antara tanaman eelgrass."
Meski mirip rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia mengembang ke luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Eelgrass dewasa yang sehat bisa bertahan dari paparan sulfida di lingkungannya --di pinggir lingkaran. Namun, tanaman tua di jantung koloni mati.
"Hasilnya adalah bentuk melingkar yang luar biasa, di mana hanya tanaman di tepi lingkaran yang bertahan -- seperti lingkaran peri di rumput," jelas Holmer dan Borum menambahkan .
Lingkaran peri di darat misalnya yang memenuhi padang rumput Gurun Namibia, Afrika -- yang tenar dengan sebutan 'lingkaran peri'.
Hipotesis pun bermunculan, ada yang menduga itu ulah semut atau rayap, juga gas dari tanah yang mematikan rumput. Kini muncul titik terang, pola tersebut kemungkinan besar muncul karena sebab alami: sengitnya kompetisi rumput di bawah permukaan tanah. [Baca juga: Terkuak, Misteri Asal Usul `Lingkaran Peri` di Gurun Afrika]
Crop Circle Bawah Laut
Tak cuma lingkaran peri, crop circle atau pola lingkaran tanaman juga ditemukan di bawah laut.
Suatu hari, seorang fotografer Jepang, Yoji Ookata melakukan kegiatan rutin tahunannya, menyelam di Samudera Pasifik. Tiba-tiba, matanya menangkap hal yang tak biasa. Pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter tercetak di hamparan pasir dasar laut sedalam 24,3 meter. Sangat mirip dengan pola crop circle.
Dalam 50 tahun karir profesionalnya sebagai fotografer bawah laut, Ookata tak pernah melihat fenomena seperti itu. Ia lalu memotret temuannya dan memberinya judul "lingkaran misterius".
Tak ada kaitan dengan UFO, atau kerjaan orang iseng. Menggunakan kamera bawah air, tim menemukan "seniman" yang membentuk pola tersebut: ikan buntal (puffer fish). Ikan itu, meski beracun, dianggap sebagai makanan lezat di Jepang.
Lalu bagaimana ikan itu bekerja. Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya.
Pasir berpola itu untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran.
Tak hanya cantik, crop circle bawah laut juga punya fungsi praktis, pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
Para ahli mengungkapkan, makin tinggi pasir yang ditumpuk membentuk pola geometris, makin tinggi kesempatan ikan memperoleh pasangan. Batu kecil dan kerang yang ditata di pinggir lingkaran, juga bisa menyediakan nutrisi untuk para ikan kecil yang baru menetas. (Ein/Rmn)
Baca juga:
Tebak! Seberapa Cepat Kita Berputar pada Poros Bumi?
Danau Poyang Kering, Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China?
Heboh `Sungai Darah` Bak Film Horor di Inggris, Ini Penyebabnya