Aparat pemerintahan Filipina menggerebek sebuah sekolah yang diduga dijadikan tempat bisnis pornografi online. Dalam penggerebekan tersebut, seorang pemilik sekolah dan 8 orang lainnya turut diamankan polisi.
"Para tersangka menggunakan sebuah ruang sekolah bernama Christian Academy yang lokasinya ada di puncak gunung, untuk mengirim foto dan video porno secara online untuk pelanggan asing. Foto dan video porno itu ada yang dibintangi oleh anak-anak, juga orang dewasa," ungkap Kepala investigasi cybercrime Biro Investigasi Nasional Filipina, Ronald Aguto, seperti dikutip Liputan6.com dari News.com.au, Rabu (19/2/2014).
Menurut penuturan Aguto, sekolah itu dulunya memiliki murid yang banyak. Jumlahnya sekitar 2 ribu siswa, terdiri dari siswa SD hingga SMA. Namun pada 2006, izin operasi sekolah itu dicabut dengan alasan yang tidak diketahui pasti.
Keterangan Aguto dibantah putra pemilik sekolah, Tom, yang mengatakan sekolahnya memiliki 260 murid dari TK, SD dan siswa SMA. Tom menegaskan izin operasi sekolah mereka masih ada.
Sementara Puring Martinez, pemilik sekolah itu mengaku tak tahu ruang di sekolahnya dijadikan tempat bisnis porno.
"Ruang itu disewa dan digunakan oleh seorang operator sebuah situs internet. Demi menambah pendapatan sekolah, karena biaya yang dibayarkan oleh para siswa tidak cukup untuk menutupi operasional sekolah," ucap Puring.
Puring mengatakan, operator situs itu memberitahunya bahwa situs itu hanya untuk konsumsi luar negeri dan tak ada konten 'nakal' dari situs itu.
Berdasarkan keterangan dari Tom, operator situs internet yang menyewa ruang di sekolah adalah pria berkebangsaan Amerika dari Tennessee. Pria itu menyewa 2 ruang yang terpisah dari ruang kelas, dan membayar 40 ribu peso atau sekitar Rp 10,6 juta.
Sejauh ini, semua tersangka yang ditangkap polisi adalah orang Filipina. Sementara keberadaan orang yang disebut-sebut dari Amerika itu belum diketahui.
"Kami belum melakukan investigasi forensik pada komputer yang disita. Namun berdasarkan apa yang telah dikumpulkan sejauh ini, para tersangka akan didakwa melanggar undang-undang pornografi anak dan publikasi gambar-gambar porno dewasa," ucap Aguto.
Dalam penggerebekan yang digelar di sekolah di kota Muntinlupa Metropolitan Manila pada Senin 17 Februari itu, lebih dari 40 komputer disita polisi.
"Itu seperti sebuah lab komputer di dalam sekolah. Bahkan pada siang hari, ketika murid berada di sana, mereka menggunakannya," beber Aguto.
Lanjut Aguto, operator situs itu bekerja siang dan malam, chatting online dengan klien dan berpura-pura menjadi wanita atau anak perempuan, tergantung pada apa yang klien inginkan. Mereka kemudian akan memposting foto dan video rekaman dari seorang gadis telanjang atau wanita yang diakui sebagai diri mereka.
Bulan lalu, Badan Kejahatan Nasional Inggris mengungkapkan bahwa para penyelidik menemukan kasus pelecehan anak-anak di 3 negara: Inggris, Amerika Serikat dan Australia. Sebuah kelompok terorganisir yang melakukan rekaman pelecehan seksual anak mulai usia 6 tahun.
Pihak berwenang pun menangkap 29 orang, termasuk 11 orang di Filipina yang telah memfasilitasi kejahatan kasus pelecehan itu. Beberapa di antaranya adalah anggota keluarga beserta anak-anak mereka. (Tnt/Mut)
Baca juga:
"Para tersangka menggunakan sebuah ruang sekolah bernama Christian Academy yang lokasinya ada di puncak gunung, untuk mengirim foto dan video porno secara online untuk pelanggan asing. Foto dan video porno itu ada yang dibintangi oleh anak-anak, juga orang dewasa," ungkap Kepala investigasi cybercrime Biro Investigasi Nasional Filipina, Ronald Aguto, seperti dikutip Liputan6.com dari News.com.au, Rabu (19/2/2014).
Menurut penuturan Aguto, sekolah itu dulunya memiliki murid yang banyak. Jumlahnya sekitar 2 ribu siswa, terdiri dari siswa SD hingga SMA. Namun pada 2006, izin operasi sekolah itu dicabut dengan alasan yang tidak diketahui pasti.
Keterangan Aguto dibantah putra pemilik sekolah, Tom, yang mengatakan sekolahnya memiliki 260 murid dari TK, SD dan siswa SMA. Tom menegaskan izin operasi sekolah mereka masih ada.
Sementara Puring Martinez, pemilik sekolah itu mengaku tak tahu ruang di sekolahnya dijadikan tempat bisnis porno.
"Ruang itu disewa dan digunakan oleh seorang operator sebuah situs internet. Demi menambah pendapatan sekolah, karena biaya yang dibayarkan oleh para siswa tidak cukup untuk menutupi operasional sekolah," ucap Puring.
Puring mengatakan, operator situs itu memberitahunya bahwa situs itu hanya untuk konsumsi luar negeri dan tak ada konten 'nakal' dari situs itu.
Berdasarkan keterangan dari Tom, operator situs internet yang menyewa ruang di sekolah adalah pria berkebangsaan Amerika dari Tennessee. Pria itu menyewa 2 ruang yang terpisah dari ruang kelas, dan membayar 40 ribu peso atau sekitar Rp 10,6 juta.
Sejauh ini, semua tersangka yang ditangkap polisi adalah orang Filipina. Sementara keberadaan orang yang disebut-sebut dari Amerika itu belum diketahui.
"Kami belum melakukan investigasi forensik pada komputer yang disita. Namun berdasarkan apa yang telah dikumpulkan sejauh ini, para tersangka akan didakwa melanggar undang-undang pornografi anak dan publikasi gambar-gambar porno dewasa," ucap Aguto.
Dalam penggerebekan yang digelar di sekolah di kota Muntinlupa Metropolitan Manila pada Senin 17 Februari itu, lebih dari 40 komputer disita polisi.
"Itu seperti sebuah lab komputer di dalam sekolah. Bahkan pada siang hari, ketika murid berada di sana, mereka menggunakannya," beber Aguto.
Lanjut Aguto, operator situs itu bekerja siang dan malam, chatting online dengan klien dan berpura-pura menjadi wanita atau anak perempuan, tergantung pada apa yang klien inginkan. Mereka kemudian akan memposting foto dan video rekaman dari seorang gadis telanjang atau wanita yang diakui sebagai diri mereka.
Bulan lalu, Badan Kejahatan Nasional Inggris mengungkapkan bahwa para penyelidik menemukan kasus pelecehan anak-anak di 3 negara: Inggris, Amerika Serikat dan Australia. Sebuah kelompok terorganisir yang melakukan rekaman pelecehan seksual anak mulai usia 6 tahun.
Pihak berwenang pun menangkap 29 orang, termasuk 11 orang di Filipina yang telah memfasilitasi kejahatan kasus pelecehan itu. Beberapa di antaranya adalah anggota keluarga beserta anak-anak mereka. (Tnt/Mut)
Baca juga:
Kerap Tayangkan Film Porno, Bioskop di Pakistan Digranat
Sebut Marty Mirip Bintang Porno, Politisi Australia Diancam Mati
Baca Juga
Sebut Menlu RI Mirip Bintang Porno, Politisi Australia: Maaf...
Advertisement