Qatar akan menjadi tuan rumah putaran final Piala Dunia 2022. Meski masih lama, emirat kaya di Timur Tengah itu sudah heboh bersiap. Sejumlah megaproyek pembangunan stadion dan infrastrukur penunjang perhelatan pesta sepakbola sejagad itu mulai dilakukan.
Fakta tragis pun tersingkap: persiapan Qatar menyambut Piala Dunia dianggap wadah eksploitasi dan kesengsaraan bagi pekerja migran. Karena kurangnya perhatian atas keselamatan pekerja dan kondisi tempat kerja. Ditambah dengan perlakuan terhadap pekerja konstruksi yang dianggap tak layak.
Kedutaan Besar India di Doha Senin lalu menyebut, sebanyak 455 buruh asal negaranya meninggal dunia pada tahun 2012-2013.
Sebanyak 237 pekerja India tewas pada tahun 202, 218 orang di 11 bulan pertama tahun 2013. Atau rata-rata, ada 20 kematian per bulan, puncaknya terjadi pada Agustus 2013 yakni 27 orang.
Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC) mengatakan, data tersebut menunjukkan adanya "tingkat kematian yang tinggi". Sementara peneliti Human Rights Watch, Nicholas McGeehan berpendapat, data tersebut "mengerikan" dan menjkadi indikasi terjadinya tragedi di Qatar.
Sebaliknya, pihak Qatar yang bersikukuh, kematian pekerja asal India bukan hal yang abnormal. Ketua Komite Hak Asasi Manusia Nasional Qatar, Ali Bin Sumaikh al-Marri mengatakan, jumlah itu wajar karena ada sekitar 500 ribu orang India yang tinggal di emirat itu.
"Warga India membentuk komunitas terbesar di Qatar ... dua kali jumlah warga negara Qatar," kata Ali Bin al- Marri Sumaikh seperti dimuat BBC, 19 Februari 2014.
"Jika kita membandingkan dengan kematian warga Qatar ..yang wajar ... selama 2 tahun belakangan, akan terlihat kematian di antara komunitas India adalah hal yang normal."
Ali Bin al- Marri Sumaikh meminta Kedubes India menyediakan data detil tentang penyebab kematian. Sebab, dia mengklaim, saat ini 'ada kampanye menyerang Qatar'.
Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Syed Akbaruddin mengatakan, warga India membentuk komunitas besar dan dihargai di Qatar.
"Jumlah kematian di kalangan warga India 5 tahun terakhir konsisten. Tidak ada yang kematian dalam jumlah besar karena satu penyebab."
Tak hanya India, kematian dalam jumlah signifikan juga terjadi di kalangan pekerja asal Nepal.
Para pekerja di berbagai proyek Piala Dunia di Qatar sebagian besar berasal dari negara-negara di Asia Selatan dan sejumlah pihak prihatin dengan kondisi mereka.
November lalu Amnesty International mengatakan bahwa para pekerja diperlakukan "seperti binatang" dan mendesak FIFA mengambil tindakan.
FIFA diminta mendesak Qatar agar lebih menghormati hak-hak pekerja asing. Pada akhir pekan lalu koran Inggris The Guardian --mengutip organisasi HAM Nepal-- memberitakan bahwa sekitar 400 pekerja migran asal Nepal tewas di proyek-proyek Piala Dunia di Qatar. Beberapa pihak bahkan memperingatkanjumlah korban tewas bisa mencapai 4.000 orang sampai final Piala Dunia berlangsung.
Pemerintah Qatar mengeluarkan aturan baru pada 11 Februari yang ditujukan untuk memberi perlindungan yang lebih besar kepada pekerja asing. (Ein/Mut)
Baca juga:
`Perbudakan Seks` di Balik Stadion Pembukaan Piala Dunia Brasil
Fakta tragis pun tersingkap: persiapan Qatar menyambut Piala Dunia dianggap wadah eksploitasi dan kesengsaraan bagi pekerja migran. Karena kurangnya perhatian atas keselamatan pekerja dan kondisi tempat kerja. Ditambah dengan perlakuan terhadap pekerja konstruksi yang dianggap tak layak.
Kedutaan Besar India di Doha Senin lalu menyebut, sebanyak 455 buruh asal negaranya meninggal dunia pada tahun 2012-2013.
Sebanyak 237 pekerja India tewas pada tahun 202, 218 orang di 11 bulan pertama tahun 2013. Atau rata-rata, ada 20 kematian per bulan, puncaknya terjadi pada Agustus 2013 yakni 27 orang.
Konfederasi Serikat Buruh Internasional (ITUC) mengatakan, data tersebut menunjukkan adanya "tingkat kematian yang tinggi". Sementara peneliti Human Rights Watch, Nicholas McGeehan berpendapat, data tersebut "mengerikan" dan menjkadi indikasi terjadinya tragedi di Qatar.
Sebaliknya, pihak Qatar yang bersikukuh, kematian pekerja asal India bukan hal yang abnormal. Ketua Komite Hak Asasi Manusia Nasional Qatar, Ali Bin Sumaikh al-Marri mengatakan, jumlah itu wajar karena ada sekitar 500 ribu orang India yang tinggal di emirat itu.
"Warga India membentuk komunitas terbesar di Qatar ... dua kali jumlah warga negara Qatar," kata Ali Bin al- Marri Sumaikh seperti dimuat BBC, 19 Februari 2014.
"Jika kita membandingkan dengan kematian warga Qatar ..yang wajar ... selama 2 tahun belakangan, akan terlihat kematian di antara komunitas India adalah hal yang normal."
Ali Bin al- Marri Sumaikh meminta Kedubes India menyediakan data detil tentang penyebab kematian. Sebab, dia mengklaim, saat ini 'ada kampanye menyerang Qatar'.
Sementara, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Syed Akbaruddin mengatakan, warga India membentuk komunitas besar dan dihargai di Qatar.
"Jumlah kematian di kalangan warga India 5 tahun terakhir konsisten. Tidak ada yang kematian dalam jumlah besar karena satu penyebab."
Tak hanya India, kematian dalam jumlah signifikan juga terjadi di kalangan pekerja asal Nepal.
Para pekerja di berbagai proyek Piala Dunia di Qatar sebagian besar berasal dari negara-negara di Asia Selatan dan sejumlah pihak prihatin dengan kondisi mereka.
November lalu Amnesty International mengatakan bahwa para pekerja diperlakukan "seperti binatang" dan mendesak FIFA mengambil tindakan.
FIFA diminta mendesak Qatar agar lebih menghormati hak-hak pekerja asing. Pada akhir pekan lalu koran Inggris The Guardian --mengutip organisasi HAM Nepal-- memberitakan bahwa sekitar 400 pekerja migran asal Nepal tewas di proyek-proyek Piala Dunia di Qatar. Beberapa pihak bahkan memperingatkanjumlah korban tewas bisa mencapai 4.000 orang sampai final Piala Dunia berlangsung.
Pemerintah Qatar mengeluarkan aturan baru pada 11 Februari yang ditujukan untuk memberi perlindungan yang lebih besar kepada pekerja asing. (Ein/Mut)
Baca juga:
`Perbudakan Seks` di Balik Stadion Pembukaan Piala Dunia Brasil