Liputan6.com, Kuching: Kendati merantau atau tinggal di Malaysia, warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana tidak melupakan tali persaudaraan sesama teman se-Tanah Air. Tengok saja sekitar 100 kepala keluarga WNI yang menetap di Kuching, Sarawak, Malaysia. Rasa persaudaraan dan kekeluargaan mereka masih tetap terjalin dengan baik, terutama Ramadan ini.
Bila saat berbuka puasa tiba, secara bergiliran, para WNI itu berbuka puasa bersama di rumah rekan se-Tanah Air dengan membawa sajian masakan khas kampung halaman dari rumah masing-masing, misalnya sayur pakis, kari ayam, serta ikan asin. Tak jarang juga disajikan sejumlah penganan khas Melayu, seperti kue bingka, kue jorong, atau kue kroket kentang. Menurut Konsul RI di Kuching Irsyafli Rasoel, acara seperti ini semata-mata untuk menjalin ukhuwah islamiah antarwarga negara Indonesia yang ada di Sarawak.
Tradisi kekerabatan ini ternyata juga diikuti warga Malaysia yang masih kerabat atau rekan dari WNI yang tinggal di negeri mereka. Misalnya saja keluarga Asnawi yang tinggal di Jalan Lorong Propok, Sarawak. Asnawi mengaku menyukai adat berbuka puasa ini karena pengaruh istrinya, Anisa yang berasal dari Jepara, Jawa tengah.(OZI/Amin Alkadrie dan Mochamad Bayu)
Bila saat berbuka puasa tiba, secara bergiliran, para WNI itu berbuka puasa bersama di rumah rekan se-Tanah Air dengan membawa sajian masakan khas kampung halaman dari rumah masing-masing, misalnya sayur pakis, kari ayam, serta ikan asin. Tak jarang juga disajikan sejumlah penganan khas Melayu, seperti kue bingka, kue jorong, atau kue kroket kentang. Menurut Konsul RI di Kuching Irsyafli Rasoel, acara seperti ini semata-mata untuk menjalin ukhuwah islamiah antarwarga negara Indonesia yang ada di Sarawak.
Tradisi kekerabatan ini ternyata juga diikuti warga Malaysia yang masih kerabat atau rekan dari WNI yang tinggal di negeri mereka. Misalnya saja keluarga Asnawi yang tinggal di Jalan Lorong Propok, Sarawak. Asnawi mengaku menyukai adat berbuka puasa ini karena pengaruh istrinya, Anisa yang berasal dari Jepara, Jawa tengah.(OZI/Amin Alkadrie dan Mochamad Bayu)