Anak Singa Putih Tumbuh Sehat di Afsel

Liputan6.com, Montagu: Upaya Afrika Selatan mencegah kepunahan singa putih membuahkan hasil. Tiga ekor singa putih cilik--dua betina dan seekor jantan--hasil proyek reproduksi bersama sebuah lembaga swadaya masyarakat, kini beranjak dewasa. Mereka diasuh di Cagar Alam Sanbona, Montagu, Afsel. Singa-singa cilik ini dalam keadaan sehat dan mulai pandai mengikuti naluri alami mereka: berburu. Kelihaian berburu dan menjaga diri adalah kunci pertahanan satwa seperti singa liar di tengah alam.

Perkembangan ketiga ekor singa putih itu terus dipantau. Para pakar pelestari satwa di Cagar Alam Sanbona juga sudah memulai proyek lanjutan yaitu pelepasan singa putih itu ke alam bebas. Ketiga singa segera dilepas ke hutan seluas 10 ribu hektare setelah dinyatakan mampu bertahan hidup tanpa bantuan pengasuh.

Ketiga ekor anak singa putih ini lahir di Sanbona, 18 Mei silam. Kelahiran mereka membahagiakan kaum pecinta satwa. Kelahiran anak singa putih ini adalah yang pertama kali di Afsel dalam tiga dasawarsa terakhir.

Singa putih bukanlah albino--makhluk hidup yang kekurangan pigmen. Mereka masih memiliki pigmen yang biasanya tampak pada mata, cakar, dan bibir. Istilah yang tepat untuk singa putih adalah leucism, yaitu suatu kondisi yang hampir normal namun kehilangan pigmen pada kulit dan bulu. Keadaan ini sama seperti yang terjadi pada harimau putih. Tidak seperti anak singa biasa yang berbintik saat lahir, anak singa putih hampir seluruh tubuhnya putih. Beberapa bulan kemudian, warna mereka sedikit lebih gelap menjadi gading.

Nama latin untuk singa putih adalah Panthera leo krugeri. Namun, nama ini juga mencakupi semua subspesies singa di Afrika Selatan. Berdasarkan mitologi Afrika, singa putih adalah penjelmaan dari utusan para dewa sekaligus simbol kebaikan yang tersemat dalam setiap mahluk hidup.(ZAQ/Nlg)