Sukses

Tsunami Juga Membunuh Cucu Raja Thailand

Bhumi Jensen, cucu Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, termasuk di antara ratusan korban tewas akibat gelombang air laut atau Tsunami. Angka pasti korban tewas di Thailand masih simpang siur.

Liputan6.com, Bangkok: Angka pasti korban tewas maupun luka-luka akibat gelombang dahsyat air laut atau Tsunami di kawasan Asia hingga Senin (27/12), masih simpang siur. Di Thailand ada dua versi data jumlah korban tewas. Perdana Menteri Thaksin Sinawatra mengungkapkan, korban tewas antara 600 hingga 700 orang. Namun, data Departemen Dalam Negeri setempat mencatat sekitar 839 orang tewas. Sementara korban luka-luka berjumlah 7.261 orang. Yang pasti, di antara korban tewas terdapat cucu Raja Bhumibol Adulyadej, Bhumi Jensen.

Gelombang Tsunami di Negeri Gajah Putih menghantam daerah-daerah yang terkenal sebagai kawasan wisata, seperti Phuket. Di sini, ditemukan mayat-mayat bergelimpangan di seluruh pelosok pantai. Di Phang Nga, Timur Laut Phuket, sebuah bus yang mengangkut sejumlah penumpang terseret ombak dan seluruh penumpangnya tewas. Di sana, korban tewas mencapai 181 orang dan 1.902 lainnya luka-luka [baca: Akibat Tsunami 14 Ribu Tewas di Asia].

Belum pastinya data korban musibah juga terjadi di Srilanka yang hingga saat ini tercatat sebagai negara yang paling banyak kehilangan warganya akibat bencana alam itu. Laporan resmi pemerintah terakhir menyebutkan, jumlah korban tewas sudah mencapai lebih dari 6.500 jiwa. Sebanyak 5.017 jiwa di antaranya ditemukan di wilayah-wilayah yang sepenuhnya dikuasai pemerintah Kolombo. Sisanya ditemukan di daerah yang dikuasai gerilyawan pemberontak Macan Tamil.

Jumlah korban tewas akibat Tsunami di Srilanka juga diperkirakan terus bertambah mengingat masih banyak warga yang belum diketahui nasibnya. Selain merenggut ribuan jiwa, empasan ombak laut memaksa sekitar satu juta orang mengungsi.

Badan Pariwisata Srilanka menyatakan, dari seluruh korban tewas, 72 di antaranya adalah turis asing. Sementara Kedutaan Besar Jepang untuk Srilanka mengaku 15 mayat yang ditemukan di antaranya berkewarganegaraan Jepang.

Jatuhnya korban dari wisatawan memang masuk akal. Pasalnya, sebagian besar para wisatawan, baik domestik maupun luar negeri, saat ini tengah menikmati liburan akhir tahun. Tak heran, ketika bencana alam ini menghantam Srilanka, ratusan wisatawan asing di sana panik dan mencari perlindungan. Mereka juga sudah berdatangan ke Kolombo setelah dievakuasi dari berbagai daerah di Srilanka yang dilanda Tsunami.

Sejauh ini, para turis asing masih berkumpul di sejumlah penampungan di Kolombo yang didirikan di beberapa lokasi, seperti gereja, kuil, dan gedung sekolah. Meski sudah berada di tempat yang aman, sebagian besar dari mereka masih ketakutan dan trauma atas peristiwa mengerikan yang disaksikan dan dialami itu.

Seorang wisatawan asal Inggris menuturkan, saat gelombang laut pertama kali datang, dia mengira itu hanya ombak biasa. Tapi, berselang setengah jam kemudian, ombak kedua dan ketiga ternyata jauh lebih dahsyat dan langsung menghantam serta menggenangi hotel. Dia mengaku sempat terjebak di lantai tiga hotel. Sementara seorang wisatawan lain menuturkan, ombak telah menghancurkan jendela dan tiba-tiba hotel tempatnya menginap dipenuhi air laut.

Di India, data resmi jumlah korban tewas akibat gempa yang menimbulkan gelombang air laut ini juga masih simpang siur. Laporan terakhir pemerintah setempat menyatakan, korban tewas hingga saat ini berjumlah 2.283 jiwa. Sementara sedikitnya 20 ribu penduduk harus diungsikan.

Jumlah korban hampir dipastikan naik tajam mengingat masih banyak korban yang belum ditemukan. Di Pulau Car Nicobar, sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala, misalnya. Sekitar 3.000 orang diperkirakan tewas dan sejumlah besar lainnya hilang. Semua desa dan jalan di sana dilaporkan tersapu ombak. Sejauh ini, pemerintah setempat mengerahkan beberapa helikopter untuk membawa obat-obatan ke daerah-daerah bencana.

Wilayah terparah dilanda gelombang Tsunami di India adalah Negara Bagian Tamil Nadu. Beberapa saat setelah gelombang Tsunami datang, pantai-pantai di sana bagaikan kamar mayat raksasa yang terbuka. Di mana-mana mayat bergelimpangan. Gelombang air laut setinggi empat meter yang datang menyapu dan menenggelamkan apa saja, termasuk penduduk yang sebagian besar nelayan miskin. Di negara bagian ini, jumlah korban tewas mencapai lebih dari 1.700 orang.

Di Madras, air laut yang naik membanjiri rumah-rumah penduduk. Sementara di Negara Bagian Andhra Pradesh, jumlah korban tewas sekitar 200 orang. Sebanyak 32 di antaranya adalah rombongan orang yang pergi ke laut untuk menggelar ritual Hindu, yakni mandi suci untuk menandai datangnya purnama. Ironisnya, sebagian dari mereka yang menjadi korban adalah anak-anak.(ORS/Rcm)