Sukses

Paus Yohanes Paulus II Meninggal Dunia

Sri Paus mengembuskan napas terakhir setelah demam tinggi beberapa kali, hilang kesadaran dan gagal ginjal. Paus terakhir tampil di hadapan publik saat Misa Paskah, 27 Maret silam.

Liputan6.com, Vatikan: Pemimpin umat Katolik sedunia Sri Paus Yohanes Paulus II meninggal dunia, Sabtu (2/4) sekitar pukul 21.37 malam waktu Vatikan. Keterangan resmi mengenai wafatnya Sri Paus ini disampaikan Juru Bicara Tahta Suci Vatikan Joaquin Navarro Valls di Vatikan, Roma, Italia.

Paus mengembuskan napas terakhir usai mengalami demam tinggi setelah beberapa kali mengalami hilang kesadaran dan gagal ginjal. Beberapa saat menjelang kematiannya, ribuan umat Katolik memadati halaman Gereja Santo Petrus di Vatikan, dan memanjatkan doa demi keselamatannya. Doa untuk Paus juga dipanjatkan di sejumlah negara di dunia, dari Eropa hingga Asia [baca: Paus Kehilangan Kesadaran].

Kabar menurunnya kondisi kesehatan Paus merebak Jumat silam. Paus dikabarkan kritis akibat tekanan darah yang sangat rendah, ginjal yang gagal berfungsi dan kehilangan kesadaran beberapa kali. Pria kelahiran Polandia itu terakhir kali tampil di hadapan publik pada 27 Maret silam saat menghadiri Misa Paskah di Gereja Santo Petrus.

Paus Yohanes Paulus II adalah paus termuda non-Italia pertama dalam 455 tahun terakhir. Bernama asli Karol Josef Wojtyla, Sri Paus II dilahirkan dalam keluarga sederhana namun menganut Katolik yang taat di Wadowice, dekat Kota Krakow, Polandia pada 18 Mei 1920. Sri Paus II putra dari seorang ayah pensiunan tentara dan ibu seorang guru, Karol Wojtyla dan Emilia Kaczorowska. Di masa remajanya, bungsu dari dua bersaudara itu mempelajari sastra dan filsafat yang kemudian gemar bermain teater serta menulis puisi.

Karol muda bercita-cita menjadi aktor. Namun dua peristiwa kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya membuat Karol beralih mendalami agama Katolik. Proses pembelajaran Karol pada agamanya ini dilakukan secara diam-diam saat masa pendudukan NAZI di Polandia. Ketekunannya itu membuahkan hasil ketika ia ditahbiskan menjadi pastur pada usia 26 tahun.

Sebagai pastur, Karol tidak tinggal diam. Ia semakin giat belajar, terutama berkaitan dengan aktivitas keagamaaan. Pada 1948, ia meraih gelar Doktor Teologi dari Universitas Angelicum di Roma. Keaktifannya dalam gereja serta publikasi tulisan Karol dalam bentuk buku yang berjudul Love and Responsibility pada tahun 1960 membuat Vatikan mulai mengikuti kiprahnya. Ia pun segera mendapatkan promosi, yaitu diangkat menjadi Uskup Agung Krakow pada tahun 1964. Tiga tahun kemudian Paus Paulus VI mengangkat Karol Wojtyla menjadi Kardinal Polandia.

Kepintaran serta pemahamannya yang luas tentang Katolik di abad ke-20 membuat Karol diundang ke Vatikan untuk memberikan ceramah di depan pengurus rumah tangga kepausan. Tak heran saat Paus Paulus VI wafat pada tahun 1978, konklave para kardinal di Kapel Sistine--Vatikan--sepakat untuk mentahbiskan Karol Wojtyla sebagai Paus yang baru.

Pengangkatan itu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah kepausan. Karol menjadi pemimpin umat Katolik pertama yang bukan berasal dari Italia dalam kurun waktu 450 tahun terakhir. Selain itu ia juga menjadi paus termuda yang diangkat pada usia 58 tahun.

Di masa kepausannya, Karol Wojtyla yang kemudian memilih nama Paus Yohanes Paulus II dipenuhi dengan kerja keras dan lawatan ke berbagai penjuru dunia. Kedekatan Sri Paus dengan umatnya nyaris membawa bencana ketika seorang pria Turki menembaknya pada 1981. Berbagai ancaman terhadap keselamatannya tidak menyurutkan langkah Sang Bapa Suci untuk menyebarkan pesan damai ke seluruh dunia. Ia pun terkenal sebagai paus yang rajin bepergian dengan melawat ke lebih dari 100 negara.

Kondisi kesehatan Sri Paus mulai menurun pada tahun 1992 saat ia menjalani operasi tumor di usus besarnya. Sejumlah kecelakaan dan operasi terus mengikutinya hingga tahun 1996. Pada tahun 2001, Sri Paus didiagnosa mengidap penyakit parkinson. Kendati begitu, ia masih tetap menjalankan tugas-tugas kepausannya. Di lain pihak penyakit parkinson yang diidapnya membuat kondisi tubuhnya kian menurun dan kerap jatuh sakit.

Umat Katolik sedunia sempat dibuat cemas akan wafatnya Sri Paus II saat beliau harus menjalani operasi trakheotomi di Rumah Sakit Gemelli, Italia, Februari silam. Namun kecemasan berubah menjadi kegembiraan saat Sri Paus II hadir dalam Misa Paskah, 27 Maret lalu. Walaupun duka tetap membayangi karena Sri Paus tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun saat itu [baca: Sri Paus Muncul pada Misa Paskah].

Menjelang akhir hayatnya, Sang Bapa Suci diketahui mengalami gagal ginjal dan jantung serta infeksi saluran kemih. Dan akhirnya setelah kesehatannya memburuk Jumat silam dan menyebabkan jutaan warga dunia larut dalam kecemasan, Sri Paus Yohanes Paulus II berpulang pada 2 April 2005 pukul 21.37 menit waktu Vatikan.(DEN/Idr)