Liputan6.com, Jakarta - Kisah perang Badar tentu melekat dalam benak umat Islam. Pertempuran Badar adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja (PPIH Daker) memiliki kesempatan berziarah ke Kota Badar. Kota kecil Badar terletak 152 km arah barat daya Madinah yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit dari Madinah.
Baca Juga
Jalanannya mulus, masing-masing terdiri dari tiga jalur dalam dua arah dengan pembatas beton marka yang rapi. Sepanjang perjalanan tidak banyak ditemui pemukiman.
Advertisement
Kanan kiri jalan hanya gunung batu. Setelah 1 jam perjalanan, ditemukan kompleks industri Al Musayjid. Tidak jauh berikutnya terdapat pemukiman kota kecil Al Hasaniyah. Ketika bertemu dengan barisan gunung berselimut pasir gurun, pertanda Badar sudah dekat.
Tiba di Badar, rombongan PPIH segera menuju ke maqbarah, pemakaman syuhada' Badar. Di sini sekitar 70 pasukan yang mati syahid dimakamkan. Rombongan pun berkesempatan berdoa sejenak setelah Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Airport Arsyad Hidayat mengisahkan pertempuran Badar.
Berbalik arah sekitar 200 meter ditemukan tugu peringatan syuhada Badar. Polisi lokal yang cukup ramah mempersilahkan petugas yang berkunjung untuk berfoto sejenak.
Selain petugas dari PPIH Daker Airport tampak pula beberapa peziarah berkebangsaan Pakistan dan Bangladesh. Badar memang menyimpan sejarah, spirit perjuangan, dan kebangkitan kekuatan dalam membela agama Allah.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Kisah Perang Badr
Perang ini terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.
Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Makkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624 Masehi, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu.
Nabi Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar.
Pasukan Nabi Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Makkah, sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.
Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Makkah. Kota Makkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah.
Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai.
Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah, dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.
Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.
Dalam perang itu 14 tentara Muhammad menjadi korban dan 70 tewan di pihak lawan. Sedangkan 70 lainnya menjadi tawanan perang.
Advertisement