Sukses

Tingkatkan Pelayanan Armuzna, Pemerintah Siapkan Tim Mobile Crisis

Tim Mobile Crisis mulai mengidentifikasi potensi krisis yang akan terjadi dalam pelaksanaan haji sejak awal.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus meningkatkan layanan penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019M. Seperti dengan menyiapkan Tim Mobile Crisis yang memberi pelayanan bagi jemaah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Dengan demikian, 

"Tim ini sudah dimulai sejak pelayanan haji tahun lalu. Kami berharap, tahun ini akan lebih efektif lagi pergerakannya," ujar Kepala Satuan Operasi Armuzna Jaetul Muchlis, saat membuka Rapat Koordinasi Tim Mobile Crisis Haji, di Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Menurut Jaetul, tim mobile crisis berisi beberapa unsur petugas. Antara lain: Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Promotif Preventif (TPP), Tim Perlindungan Jemaah (Linjam), P3JH, serta tim Media Center Haji (MCH).

"Kami berharap semua unsur ini dapat bersinergi dan bekerja efektif sesuai dengan gerak gelar operasi Armuzna yang akan disiapkan," ujar Jaetul Muchlis.

Sementara, Staf Khusus Menteri Agama Hadi Rahman meminta tim ini mulai mengidentifikasi potensi krisis yang akan terjadi dalam pelaksanaan haji agar dapat dilakukan mitigasi sejak awal.

"Mitigasi krisis dalam penyelenggaraan haji ini sebenarnya telah kita lakukan sejak tahun 2015, dan akan tetap kita lakukan," ujar Hadi Rahman.

Mitigasi krisis, dikatakan penting untuk dilakukan untuk memastikan kualitas pelayanan, perlindungan serta pembinaan jemaah haji dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Apalagi, Hadi menambahkan, tahun ini Indonesia memperoleh kuota tambahan sebanyak 10 ribu jemaah haji. Maka, sebagai penyelenggara ibadah haji, pemerintah akan melihat secara detil untuk mencegah terjadinya krisis.

"Ini bukan hanya terkait dengan fasilitas sarana dan prasarana saja, tetapi juga terkait dengan kualitas ibadah jemaah," lanjutnya.

Hal senada disampaikan Staf Ahli Menag Oman Fathurahman. "Pemahaman tentang kualitas ibadah haji juga harus dimiliki oleh jemaah haji. Jemaah perlu disosialisasikan, bahwa untuk melaksanakan ibadah haji, jemaah harus berilmu, berbudi, dan berhati-hati," pesan Oman yang juga bertugas sebagai pengendali ibadah pada PPIH 1440H/2019M.

 

2 dari 2 halaman

Cuaca Panas Jadi Tantangan

Kondisi cuaca di Arab Saudi akan menjadi tantangan bagi para jemaah haji Indonesia. Penyelenggaraan haji 1440H/2019M bertepatan dengan musim panas, dengan perkiraan suhu berkisar 40 sampai 50 derajat. 

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas layanan transportasi haji, utamanya layanan bus shalawat (bus pengantar jemaah dari hotel menuju Masjidil Haram.

Para petugas harus bertugas di titik-titik pemberhentian bus yang tidak dilengkapi tempat berteduh, demi memberikan layanan kepada jemaah haji.

Berbeda dengan halte di Jakarta, tempat pemberhentian layanan transportasi di Makkah hanya berupa bendera Merah Putih. Panitia Penyelenggaran Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menyiapkan 56 halte dan tiga terminal bus shalawat di Makkah.

“Mental petugas layanan transportasi haji tahun ini harus lebih kuat. Cuaca yang sangat panas, serta jumlah jemaah yang bertambah, menjadi tantangan petugas untuk memberikan layanan terbaik. Apalagi, jumlah petugas sama dengan tahun lalu,” jelas Sri Ilham, seperti dikutip Kamis (27/6/2019).

“Layanan bus shalawat akan diberikan kepada semua jemaah. Tahun sebelumnya, hanya 91 persen jemaah,” tambah dia.

Sri Ilham menambahkan, layanan bus ini akan dilakukan selama 24 jam, sehingga jemaah tidak perlu khawatir akan tidak adanya bus. Hanya saja, untuk menghindari kepadatan, jemaah diimbau untuk berangkat ke Masjidil Haram lebih awal satu sampai dua jam sebelum waktu shalat.

“Begitu juga saat akan kembali ke hotel, diharapkan tidak bersamaan, tapi menunggu satu atau dua jam usai salat jemaah,” lanjutnya.

Selain shalawat, jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi juga mendapat layanan transportasi antar kota perhajian (Madinah – Makkah – Jeddah atau Jeddah – Makkah - Madinah) dan masyair (Arafah-Muszdalifah-Mina).

Sebagaimana shalawat, layanan antarkota perhajian dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Sedang layanan transportasi Masyair dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi.

“Sebagai panduan petugas dan jemaah, PPIH Arab Saudi telah menerbitkan Buku Saku Layanan Transportasi,” ujarnya.

 

EnamPlus