Liputan6.com, Jeddah - Matahari baru kembali ke peraduannya. Berganti dengan rembulan menempati posisi sebagai penerang. Malam yang mulai beranjak tak membuat cuaca hangat menghilang di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Meski tak seterik panas saat siang hari.
Panggilan masuk ke telepon seluler Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat, pada Senin (22/7/2019). Seorang petugas mengabarkan tentang kesiapan pemakaman satu calon haji. Lokasinya masih di seputaran Kota Jeddah.
Usai menutup panggilan telepon itulah, tawaran muncul. Pertanyaan minat menyaksikan langsung pemakaman calon haji Indonesia yang wafat.
Advertisement
Kebetulan Liputan6.com bersama Tim Media Center Haji (MCH) Kementerian Agama (Kemenag) MCH tengah berada di ruangan yang sama. Membuat laporan pemberitaan setelah seharian berkeliling bandara.
Tak pikir panjang, kata mengiyakan spontan keluar. Mendapat peluang bisa melihat langsung Tamu Allah ke pembaringan terakhirnya.
Jemaah yang wafat bernama Supardjo Rata Ilyas (76 tahun) dari Embarkasi Jakarta Bekasi. Wafat dua jam sebelum mendarat di bandara.Â
Usai Salat Maghrib, kami bergerak. Bermodal aplikasi peta online dari kadaker, menyusuri Kota Jeddah. Lampu temaran jalan menemani, membawa rasa penasaran bagaimana proses pemakaman di kota ini.
Sekitar 40 menit berkendara dari bandara, sampailah di lokasi pemakaman. Bukanlah tanah lapang, atau lokasi terpencil sebagaimana layaknya pemakaman di Indonesia. Justru komplek perumahan menjadi jalan pembuka.
Kendaraan kami pun berhenti di sebuah masjid. Sebuah plang nama terpampang dalam bahasa Arab dan Inggris. Penunjuk lokasi pasti Masjid Abdul Rahman dan Pemakaman Al-Rahma, yang terletak di Al Fayha'a, Jeddah.
Mobil berbaris terparkir di depan masjid. Beberapa pria berjubah, warga sekitar satu per satu masuk ke masjid. Tak lama, kumandang azan Salat Isya terdengar.Â
Â
Selesai salat Isya, kemudian jenazah Supardjo siap disalatkan. Sebelum diantarkan ke liang lahat. Salat masih diikuti puluhan warga dan petugas haji. Mereka kemudian mendoakan agar almarhum diampuni dosanya, mendapatkan rahmat, sejahtera, dan dimaafkan segala kesalahan.
Salat jenazah selesai. Pekerja pemakaman yang diikuti imam masjid langsung menyingkap tabir semacam gorden di pojok kanan depan ruangan salat. Pekerja lalu mengangkat jenazah Supardjo dan membawanya ke komplek pemakaman.
Bergerak cepat. Pemandangan saat jenazah sudah naik ke tandu. Diikuti jemaah lain menuju kuburan. Kuburan di Pemakaman Al Rahma berbeda dengan di Tanah Air. Tidak ada penggalian lubang kuburan. Makamnya seperti bunker atau ruang bawah tanah yang bisa dibuka bagian atasnya.
Setelah sisi ujung bagian atas dibuka, pekerja pemakaman masuk ke dalam lubang serupa bunker menggunakan tangga besi setinggi 2-2,5 meter yang mereka bawa. Pekerja di bawah sebagai penerima jenazah. Tak lebih dari 5 menit, para pekerja naik keluar.Â
Ruangan makam itu memiliki panjang 2 meter, lebar satu meter, dan tinggi antara 2-2,5 meter. Kanan-kirinya tembok, tapi bagian lantainya pasir. Jenazah diletakkan di pinggir tembok.
Hal terakhir, kuburan kembali ditutup dengan balok beton kemudian diuruk dengan pasir. Puluhan orang pengantar serentak menghadap ke arah qiblat. Untuk memanjatkan doa sambil menengadahkan tangan ke atas. Selesai lah proses pemakaman menghantarkan salah satu Tamu Allah ke pembaringannya.
"Almarhum (Supardjo) dikuburkan di makam nomor 13 lorong 11," kata Muhammad Syafii Hasyim, staf bagian penanganan haji dan umrah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) usai pemakaman.
Â
Syafii merupakan salah satu petugas haji yang kerap mengurusi pemakaman jemaah haji atau umroh di Tanah Suci. Seperti pada pemakaman Supardjo, dia bahkan ikut masuk ke dalam liang lahat.
Pemakaman di Al-Rahma tanpa nama. Hanya nomor lorong menjadi penanda jenazah. "Siapa saja keluarga yang ingin berkunjung tinggal menanyakan makam nomor berapa dan lorong nomor berapa dan nanti disesuaikan nama dan oleh pihak penjaga makam juru kunci," ujar pria yang telah tinggal di Arab Saudi sejak kecil.
Supardjo adalah jemaah haji yang pertama kali dimakamkan di kuburan Al Rahma. Pada tahun lalu, ada 14 jamaah haji yang dikebumikan.
Sejatinya, pemakaman jemaah haji tidak terletak di Makam Al-Rahma. Tetapi sekitar 3 kilometer (km) dari Kota Jeddah. Namun, Kantor Urusan Haji KJRI Jeddah ingin demi kemudahan keluarga, pemakaman jemaah haji tidak terlalu jauh. Melalui upaya pendekatan dengan warga sekitar, jemaah Indonesia yang wafat diperbolehkan berbaring di Pemakaman Al-Rahma.
Keikhlasan warga sudah terlihat sejak awal. Mulai dari mensalatkan hingga mengantar jenazah. "Mereka sangat senang dan bahagia menerima karena ini untuk tamu Allah. Semua orang yang salat di sini berbondong-bondong ingin merebut, ingin membawa jenazah itu. Tidak peduli siapa, tapi yang mereka tahu ini Tamu Allah. Orang berbondong-bondong ingin mendapatkan pahala," dia mengakhiri.
Tonton Video Ini: