Liputan6.com, London Rachel Prince (26) mengalami alergi yang tak biasa. Ia tak bisa terkena setetes air liur saat berciuman dengan pasangannya ataupun air hujan karena bisa membuat kulitnya menjadi ruam dan terasa seperti terbakar.
Kondisi langka yang dialami Rachel ini disebut Aquagenic pruritus. Memang terlihat aneh, tapi setetes air hujan bisa menyebabkan alergi jangka panjang yang artinya ia tak bisa meninggalkan rumah tanpa payung.
Apalagi Inggris sedang sering hujan yang memaksanya tinggal di rumah. Begitupula saat berciuman dengan tunangannya Warwick (28). Begitu terkena air liur ia bisa mengalami reaksi yang menyiksanya.
"Saya sangat bosan dan menyedihkan karena saya ingin pergi keluar tapi saya tak bisa, ini tak sepadan dengan risikonya," kata Rachel seperti dikutip Dailymail, Senin (24/2/2014).
Alergi tersebut juga membuat Rachel tak bisa mandi lama-lama atau minum segelas air dingin karena membuat tenggorokannya bengkak.
Rachel mengatakan, ia termasuk salah satu dari 35 orang di dunia yang menderita kondisi tersebut.
Saat pergi keluar rumah, Rachel selalu keluar dengan mantel, serta payung apabila tiba-tiba hujan turun.
Rachel mengalami alergi pertamanya saat berusia 12 tahun. Saat itu ia mengalami ruam yang buruk sehingga mustahil baginya kontak dengan air tanpa rasa sakit.
"Saya kesulitan minum sesuatu yang terlalu dingin karena menyakiti tenggorokan dan membuat merasa tak nyaman," ujarnya.
"Sata bahkan alergi terhadap keringat dan air mata - termasuk darah saya sendiri ketika kontak dengan kulit saya," katanya.
Apa Itu Aquagenic Urticaria
Orang dengan Aquagenic Urticaria akan mengalami gatal-gatal usai kontak dengan air, darah, keringat, dan air mata. Ini bisa berlangsung 10 menit sampai satu setengah jam sehingga penderitanya harus berbaring agar sakitnya reda.
Peneliti meyakini gatal-gatal tersebut disebabkan sensitivitas kulit ekstrim terhadap air.
Menurut Nina Goad dari British Association of Dermatologists, mereka tak tahu berapa banyak orang yang alergi terhadap air karena kondisi ini sangat langka.
"Aquagenic mungkin terkait dengan histamin yang tinggi di darah, tetapi ada proses lain dan kita belum sepenuhnya memahami mekanisme yang tepat yang memicu ruam gatal," katanya.
Advertisement