Liputan6.com, Bogor Demi suksesnya operasi cangkok hati pertama pada pasien bernama Muhammad Sayid Hafidz (8), Rumah Sakit Pertamedika Sentul City, Bogor, Jawa Barat, menggandeng dua rumah sakit pemerintah yaitu Rumah Sakit Soetomo (Surabaya) dan Rumah Sakit Hasan Sadikin (Bandung).
Ketua Tim Transplan Hati RS Pertamedika Sentul City dr. Kamelia Faisal, mengakui bahwa operasi cangkok hati ini merupakan tindakan langka dan tergolong operasi besar. Maka itu, RS Pertamedika memerlukan bimbingan tenaga medis dari banyak bidang, juga dukungan dari rumah sakit pendidikan.
"Sebab itu kami menggandeng Rumah Sakit Soetomo di bawah Universitas Airlangga dan Rumah Sakit Hasan Sadikin di bawah Universitas Padjajaran," kata dr. Kamelia kepada Health Liputan6.com di Pelantaran Ruang Operasi Rumah Sakit Pertamedika Sentul City, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/2/2014).
Dokter yang terlibat dalam operasi cangkok hati ada 30 orang. Mereka terlibat mulai dari persiapan hingga operasi selesai kemarin malam pukul 23.30 WIB.
"Dokter sudah dibagi-bagi sesuai tugas masing-masing. Karena kebetulan pasien Hafidz memiliki kelainan jantung, maka kami pun memerlukan dokter paru-paru, dokter bedah anak dan anastesi," kata dr. Kamelia menambahkan.
Pembagian tugasnya, Rumah Sakit Pertamedika Sentul City menyumbang 5 dokter, Rumah Sakit Soetomo 12 dokter, Rumah Sakit Hasan Sadikin 10 dokter, ditambah Profesor Koichi Tanaka dan Profesor Azuma.
Profesor Tanaka dan Profesor Azuma Jadi Dokter Utama
Dalam operasi cangkok hati yang berjalan kurang lebih 15 jam pada Senin (24/2/2014), 90 persen tindakan operasi tersebut dipercayakan pada dua ahli transplan asal Jepang, Prof. Koichi Tanaka dan Prof. Azuma.
Hal ini dilakukan demi mewujudkan program Tranfers Knowledge yang dijalani Rumah Sakit Pertamedika. Sebagai dokter yang sudah berpengalaman, Prof. Tanaka sadar betul bahwa dokter-dokter di Indonesia membutuhkan bimbingan lebih intensif.
"Kalau kami sendiri sudah punya banyak pengalaman untuk menangani kasus cangkok hati seperti ini, dan sudah banyak sekali melakukan operasi. Kami juga paham ini kasus pertama di sini. Maka itu, dalam program 'Transfer Tekhnologi', kami berdua menjadi pemeran utama," kata Prof. Tanaka kepada tim Health Liputan6.com.
"Di saat kami menjadi dokter utamanya, tim menyaksikan dan memahami apa yang kami lakukan. Semua ini kami lakukan demi membantu masyarakat Indonesia yang mengidap penyakit ini," kata Tanaka menambahkan.
Advertisement