Liputan6.com, Mogadishu Perempuan di Somalia selama berabad-abad memiliki tradisi sunat perempuan (Female Genital Mutilation/FGM). Jika tidak disunat, maka perempuan tak bisa menikah karena dianggap `kotor`.
Aktivis UNICEF mengkampanyekan bahaya sunat perempuan di Somalia. Sebanyak 30 remaja Somalia, baik perempuan ataupun laki-laki di Sheik Nuur Primary School, Hargeisa, sebenarnya setuju jika praktik sunat itu harus ditinggalkan. Namun, remaja ini mengungkapkan perempuan harus sunat.
"Itu tradisi kami dan jika perempuan tidak disunat dia tak diterima untuk menikah," kata Asthma Ibrahim Jabrik (17).
Sebanyak 15 gadis yang duduk berhadapan dengan lelaki di Sheik Nuur Primary Scholl sudah mengalami sunat, pemotongan klitoris dan labia minora. Mereka semua mengatakan itu merupakan hal yang benar dilakukan.
Sunat pada perempuan datang dalam berbagai bentuk. Di Somalia, remaja menutup vaginanya dengan jahitan sampai menikah. Semua orang setuju ini harus segera diakhiri. "Saya ingin ini diberantas. Ini tradisi lama," kata Ikram Ismail (18).
"Ketika ibu saya masih muda, tak ada yang bisa berbicara tentang hal itu secara terbuka. Tetapi, sekarang orang memahami bahwa hal itu merugikan jadi sebabnya kita membicarakan tentang hal itu," katanya lagi seperti dikutip Dailynews, Minggu (2/3/2014).
Sunat pada perempuan bisa menyebabkan pendarahan parah dan masalah buang air kecil, kista, infeksi, infertilitas, dan komplikasi melahirkan, termasuk meningkatnya risiko kematian bayi baru lahir.
Menurut WHO, lebih dari 125 juta anak perempuan dan perempuan yang hidup saat ini di 29 negara di Afrika dan Timur Tengah telah disunat.
Di Somalia, anak perempuan harus disunat berhubungan dengan seks dan pernikahan. Pria mengharapkan menikahi wanita yang perawan. Jika perempuan tak melakukan sunat, ia dianggap najis. Itulah yang menyebabkan banyak perempuan Somalia takut jika pria tak menginginkannya menjadi istri karena belum disunat.
"Anda dijahit dan tak dibuka sampai hari pernikahan Anda," kata Petugas Perlindungan Anak untuk UNICEF, Charity Kinya Koronya.
"Mereka mengatakan, seseorang yang terbuka, bisa dimasuki siapapun," katanya lagi.
Sheik Khalil Abdulai Ahmed, menteri pemerintahan urusan agama mengatakan, sunat perempuan bisa menyebabkan kematian, rasa sakit, dan masalah mental.
Amina Mohamed Jirde, istri presiden Somaliland, memohon agar praktik sunat ini dihentikan. Menurutnya, sebaiknya setiap gadis dinikahi tanpa diskriminasi. "Praktik ini tidak bagus untuk gadis," kata Jirde. "
Amran Mohamud (40) menghabiskan 15 tahun menyunat perempuan. Ia ingat betul bagaimana gadis-gadis itu tak berhenti pendarahannya. Setelah ia mengikuti kelas Tostan, ia berhenti dari profesi yang ia pelajari dari ibunya. Ia dibayar $30 dan $ 50 untuk per prosedur.
Mohamud melakukan sunat pada putri sulungnya . Tapi cucu-cucu perempuannya tidak mengalaminya. Mohamud mengatakan bahkan ibunya menentang praktek itu sekarang.
(Mel)
Perempuan Muslim di Somalia Harus Disunat Jika Ingin Menikah
Perempuan di Somalia selama berabad-abad memiliki tradisi sunat perempuan. Jika tidak disunat, perempuan tak bisa menikah.
Advertisement