Liputan6.com, Bogor Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, minat masyarakat terhadap pengobatan dan penyimpanan stem cell (sel punca) meningkat. Penyebabnya, potensi yang dimiliki sel punca begitu menjanjikan untuk terapi berbagai jenis penyakit.
Karena itu, untuk mendapatkan manfaatnya, banyak ahli menyarankan untuk menginvestasikan sel punca sedari bayi. Semakin tua usia seseorang, semakin berkurang jumlah sel punca dalam tubuhnya.
"Ibaratnya seperti ketika mengalami patah tangan yang terjadi pada anak-anak atau orang dewasa, yang paling cepat waktu penyembuhannya adalah anak-anak. Sedangkan orangtua tidak," kata Peneliti dari Stemcell and Cancer Institute (SCI) Kalbe Farma, Indra Bachtiar, PhD dalam media workshop bertema 'Stem Cell Technology For a Better Life' di Novotel Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/3/2014)
Advertisement
Ketika kanak-kanak, persentase sel punca sekitar 1 per 10.000. Ketika beranjak remaja, berkurang menjadi 1 per 100 ribu. Dan saat menginjak di usia 30 tahun menjadi 1 per 250 ribu. Hingga menginjak usia 80 tahun, sel punca menjadi 1 per 2 juta.
Ambil contoh misalnya kasus leukemia yang bisa diatasi dengan sel punca. "Ketika penyakit itu muncul di usia anak-anak, waktu sembuhnya juga semakin cepat. Sedangkan saat usia tua, bakal lema. Itulah mengapa sel punca di usia bayi lebih baik," kata Indra menjelaskan.
Sel punca, kata Indra, merupakan sel yang belum memiliki bentuk dan memiliki 2 sifat, mampu memperbanyak diri dan bisa terkendali. Selain membentuk, sel punca juga dapat memperbaiki.
Dalam kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain, sel punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang. Misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.
Sedangkan kemampuan membarui diri sendiri ini ditunjukkan dengan kemampuan sel punca membuat salinan sel yang sama persis dengan dirinya, melalui pembelahan sel.