Liputan6.com, Jakarta Senyum memberi efek bagus untuk otak karena merangsang otak bekerja. Ketika tersenyum, bagian otak yang mengatur emosi bahagia akan diaktifkan. Tapi ternyata, pola seseorang bisa dikenali apakah orang tersebut tersenyum tulus atau tidak.
Adalah Duchenne smile yang merupakan tipe senyum dianggap paling bagus, mencerminkan keikhlasan, serta tidak ada unsur keterpaksaan dalam melakukannya.
Penjelasan ini disampaikan Psikolog dan Pakar Tumbuh Kembang Anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi dalam acara `Demi Terwujudnya Senyum Sehat Bebas Gigi Berlubang` di Jakarta, ditulis pada Jumat (21/3/2014)
"Duchenne smile ini diambil dari seorang tokoh di Perancis, yang melakukan penelitian tentang senyum. Jadi, senyum paling bagus adalah saat otot mata ikut tersenyum," kata Vera menjelaskan.
Ketika melakukan senyum ini, ujung mulut akan tertarik, gigi yang putih dan bersih kelihatan, serta mata ikut berkerut. Dari senyum inilah akan ketahuan mana yang tersenyum palsu dan benar-benar ikhlas.
"Kalau senyum palsu, matanya tidak ikut tersenyum. Kalau yang asli, seperti senyum dengan tipe Duchenne smile seperti ini," kata Vera menambahkan.
Senyum tidak hanya mampu membuat kita lebih mudah dalam bersosialisasi. Tapi senyum juga dapat memprediksi masa depan seseorang.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris menggunakan Buku Tahunan Sekolah, dengan melihat senyum seorang mahasiswi, akan terlihat mana yang akan lebih bahagia 30 tahun setelah buku tahunan itu keluar.
"Seorang mahasiswi yang memiliki senyum sumringah 30 tahun ke depan setelah kelulusannya akan merasa lebih bahagia," katanya menerangkan.
Bila dibanding anak-anak, orang dewasa hanya mampu tersenyum sebanyak 17 kali dalam sehari. Sedangkan anak-anak, mampu tersenyum 7,7 kali per jam dalam sehari dikurangi waktu tidurnya.
"Tidur kan tidak mungkin tersenyum, kecuali kalau lagi mimpi lalu dia senyum-senyum sendiri," kata dia menerangkan.