Sukses

Jumlah Penduduk di Indonesia Melesat dalam 10 Tahun

BKKBN saat melihat sensus 2000 memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada 2010 tak melonjak namun itu melesat di luar perkiraan.

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saat melihat hasil sensus pada tahun 2000, memproyeksikan jumlah penduduk di Indonesia pada 2010 tidak mengalami lonjakan besar. Hanya berkisar 232 sampai 233 juta jiwa. Namun ternyata, hasil itu melesat dan di luar perkiraan.

"Hasil sensus mengofirmasi bahwa penduduk kita pada tahun 2010 sebesar 237,6 juta. Padahal, asumsi kita waktu mengubah proyeksi dari tahun 2000 ke 2010 sudah dengan segala macam isunya," kata Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Djalal, Ph.D, Sp.GK dalam Rapat Koodinasi Nasional (Rakornas) Kemitraan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Tahun 2014, Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (25/3/2014)

"Isu yang dipergunakan adalah bagaimana wajib belajar 9 tahun disukseskan. Bagaimana ekonomi ditingkatkan. Bagimana fasilitas dinaikan dan bagaimana pula dengan SDM yang ada. Toh, hasilnya, dalam 10 tahun itu melesat," kata dia menambahkan.

Jika sudah seperti ini, kata Fasli, apakah keseluruhan dapat ditanggung oleh bangsa ini. Terlebih bila kita melihat kondisi bangsa yang tergolong ringkih, di mana banjir dan longsor masih menjadi kendala yang cukup berarti.

Fasli Djalal juga mengatakan, ketahanan pangan, kecukupan air bersih, kemiskinan dan lain-lainnya ditentukan dari seberapa seriusnya kita mengatur kehidupan. "Betapa pun tingginya angka pertumbuhan ekonomi kita, maka segalanya akan termakan habis bila dinamika kehidupannya tidak benar," kata dia.

Untuk, tugas besar bagi BKKBN saat ini adalah bagaimana caranya memberikan informasi kepada siapa saja, terutama remaja, sehingga nantinya para remaja ini akan memperoleh kehidupan dan keluarga yang bahagia.

Lebih lanjut Fasli Djalal mengatakan, alasan mengapa hal seperti ini dimulai dari remaja, karena saat ini jumlah dari para remaja itu sangat besar.

Remaja yang duduk di bangku SMA, SMK, sebesar 9 juta jiwa. Sedangkan usia anak 16 sampai 18 tahun yang memilih keluar dari sekolah dan memilih kerja serabutan atau pengangguran sebesar 4 juta jiwa. Dan sisanya, 6 juta jiwa terdiri mahasiswa yang berada di 3200 kampus swasta dan 93 kampus negeri.

"Remaja seperti ini yang memerlukan pedampingan tentang kesehatan reproduksi, tentang kematangan usia perkawinan, serta tentang mimpi strategi membangun keluarga. Sehingga nantinya, mereka akan terbebas dari perceraian, dan melahirkan keluarga yang kokoh," kata Fasli menerangkan.