Liputan6.com, Jakarta Agar terhindar dari penyakit kanker kolorektal (usus besar), orang berusia lanjut dan orang di bawah usia 50 tahun yang memiliki faktor risiko tinggi dianjurkan melakukan skrining (deteksi dini). Menurut Spesialis Penyakit Dalam Hematologi-Onkologi Medik RSCM, Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KOHM, ada beberapa tes deteksi kanker kolorektal yang dapat dilakukan dalam oleh para pasien.
1. Stool tes
Dr. Cosphiadi mengatakan, stool tes penting untuk dilakukan, namun persiapannya harus baik. Jangan sampai, pasien lupa melakukan puasa protein hewani sebelum memberikan sampel kotoran kepada dokter.
Dengan begitu, jika ada pendarahan di usus besar, kotoran akan mengalami perubahan warna cokelat kehitaman, dan ada darah di kotoran kita. "Maka itu, pasien harus berpuasa protein hewani selama tiga hari, dan harus bebas zat besi," kata dia dalam acara 'Cek BAB, Deteksi KUB: Kalahkan Kanker Kolorektal Dengan Melakukan Deteksi Dini' di Energy Building, Jakarta, Kamis (27/3/2014)
Hanya saja, stool test tidak selalu akurat, dan pasien harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Signoisdoskopi
Ketika pasien memilih mendeteksi kanker usus besar menggunakan cara ini, maka akan dimasukan pipa/selang kecil dan tipis berkamera ke dalam rektum, sehingga dokter bisa melihat melalui layar monitor ke dalam rektum dan ke bagian pertama dari usus besar, tempat separuh dari polip biasa ditemukan.
3. Kolonoskopi
Merupakan tes paling akurat. Pipa/selang elastis yang panjang dan kecil dimasukkan ke rektum sehingga dokter bisa melihat keseluruhan usus besar, mengambil polip, dan mengambil contoh jaringan untuk dilakukan biopsi.
Pengambilan polip akan mencegah kanker berkembang. Biasanya, sebelum pemeriksaan, dokter akan memberikan anestesi ringan.
Tiga Pilihan Skrining untuk Deteksi Kanker Usus Besar
Agar terhindar dari penyakit kanker kolorektal (usus besar), dianjurkan melakukan deteksi dini. Ada tiga tes untuk mendeteksinya.
Advertisement