Liputan6.com, New York Sabun antibakteri diciptakan untuk membunuh kuman. Tapi, penggunaan sabun antibakteri bakal sia-sia. Kebanyakan orang dianggap menggunakannya dengan tidak benar.
Demikian disampaikan Dr Rolf Halden dari Center for Environmental Security, di Arizona State University, seperti dilansir Livescience, Kamis (3/4/2014).
Ia mengatakan, untuk membunuh bakteri seseorang perlu mencuci tangannya dengan sabun antibakteri selama 20 sampai 30 detik.
Kenyataannya, kebanyakan orang hanya mencuci tangannya rata-rata selama enam detik. Akibatnya, sabun antibakteri tak lebih efektif dari sabun lain.
Dr Halden menjelaskan, penggunaan sabun antibakteri ini juga bisa membuat bakteri menjadi resisten sehingga dokter kesulitan mengobati infeksi. Mikroba bisa beradaptasi dengan bahan antibakteri dalam sabun.
Tak hanya itu, Dr Halden memperingatkan ada beberapa bukti yang menunjukkan, bahan kimia dalam sabun antibakteri bisa memengaruhi kadar hormon.
Selama 20 tahun terakhir, sejumlah produk yang mengandung bahan kimia antimikroba seperti triclosan dan triclocarban mengalami peningkatan. Akibatnya, sekitar tiga per empat orang di Amerika Serikat memiliki zat tersebut dalam urinenya.
Food and Drug Administration (FFDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat kini telah memulai proses mengatur penggunaan produk antibakteri.
"Langkah FDA merupakan langkah bijaksana dan penting untuk menjaga efektivitas antibiotik klinis, mencegah paparan yang tak perlu dari masyarakat umum dengan gangguan endokrin dan bahan kimia yang berpotensi membahayakan," kata Dr Halden.
Sia-sia, Cuci Tangan Pakai Sabun Antibakteri
Penggunaan sabun antibakteri ini sia-sia saja. Kebanyakan orang dianggap menggunakannya dengan tidak benar.
Advertisement