Liputan6.com, Jakarta Supaya penyakit kronis yang diderita tidak semakin parah, para pasien diminta untuk patuh dalam menjalani pengobatan. Sayang, tidak sedikit pasien `bandel` dan tidak patuh dalam menjalaninya.
Berikut alasan mengapa pasien perlu patuh dalam pengobatan seperti dijelaskan Dokter Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med.Sci dan ditulis Rabu (16/4/2014):
1. Hipertensi
Bagi para pasien hipertensi yang memiliki kepatuhan cukup tinggi antara 80 sampai 100 persen terhadap penggunaan obat antihipertensi telah dikaitkan dengan Odds Rato, kendali tekanan darah 1,45 kali dibadingkan pasien yang tingkat kepatuhan rendah atau sedang.
2. Penggunaan statin
Bila pasien tidak patuh terhadap pengobatan dengan statin telah dikaitkan dengan peningkatan kematian sebesar 12-25 persen. Ikhsan mengatakan, selain untuk penurunan kadar lemak pada penderita penyakit kronis, statin memiliki efek lain seperti dapat memperbaiki fungsi endothel, efek anti-inflamasi, pengurangan progresi, dan stabilitasi plak.
"Statin memiliki fungsi untuk antiradang, sehingga ketika ada plak, kecepatan progresinya akan dikurangi," kata Ikhsan menjelaskan dalam acara `Kepatuhan Pengobatan Faktor Penting Keberhasilan Penanganan Penyakit Kronis` di Jakarta.
Tapi, lanjut Ikhsan, data di Amerika menunjukkan, sekitar setengah dari jumlah pasien yang menggunakan obat statin akan menghentikan pengobatannya dalam kurun waktu enam bulan setelah pemberian obat. "Jika di Amerika saja secepat itu, mungkin di Indonesia akan lebih cepat lagi," kata Ikhsan menambahkan.
Ada beberapa alasan yang membuat pasien tidak patuh untuk melakukannya. Yaitu sebanyak 34 persen karena harga obat statin yang mahal, 31 persen terkendala akan dosis dari statin, 21 persen tidak bisa membaca label dari obat itu, dan 21 persen lainnya lupa isi ulang. "Selalu ada kendala untuk mencapai kepatuhan dalam pengobatan," kata Ikhsan.
3. Penyakit jantung
Penderita jantung biasanya akan diberikan tiga jenis obat. Beta blocker, statin, dan ACE inhibtor. Ternyata, kalau pasien tidak patuh terhadap pengobatan kardioprotektif ini telah dikaitkan dengan peningkatan relatf besar risiko perawatan akibat kardiovaskulas (10 sampai 40 persen) dan peningkatan relatif risiko kematian sebesar 50 sampai 80 persen.
Ikhsan menjelaskan, kepatuhan adalah keterlibatan kolaboratif secara sukarela dan aktif dari pasien melalui serangkaian perilaku yang dapat diterima untuk mendapatkan hasil terapetik yang diinginkan.
"Kalau kita minum obat bukan cuma untuk menurunkan kolesterolnya saja. Tapi, supaya pasien jangan serangan jantung, jangan gagal jantung, dan jangan gagal ginjal," kata Ikhsan menjelaskan.
Selain itu, pasien juga harus tahu bahwa aspek kepatuhan dalam suatu pengobatan tidak hanya mengenai konsumsi obat semata. Melainkan, ada beberapa aspek lainnya. Seperti:
Pemeriksaan kesehatan rutin & Minum obat teratur
Ikhsan mengatakan, buat pasien yang memiliki faktor risiko, misalnya kolesterol yang agak tinggi, kalau sudah bisa lakukanlah pemeriksaan kesehatan rutin. Bila sudah diberikan obat, minumlah secara teratur.
Konsultasi berkala
Suatu hal yang wajar bila akhirnya pasien merasa bosan setelah mengonsumsi obat yang itu-itu saja dalam kurun waktu 10 tahun.
Kalau memang seperti itu, ada baiknya untuk mengatakan langsung ke dokter. Dengan begitu, dokter akan mendiskusikan obat apa yang cocok untuk dikonsumsi, agar pasien tidak merasa bisa.
"Artinya, ada komunikasi antara pasien dan dokter untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi," kata Ikhsan menjelaskan.
Target pengobatan
Ketika sudah rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, minum obat teratur, dan konsultasi berkala, pasien wajib memiliki target yang harus dicapai. Dalam prosesnya, pasien harus melihat hasil yang dicapai.
Dengan begitu, pasien akan mengetahui sudah sejauh mana kepatuhan pengobatan yang dilakukannya.
Pasien Penyakit Kronis Harus Patuh dalam Pengobatan
Supaya penyakit kronis yang diderita tidak semakin parah, para pasien diminta untuk patuh dalam menjalani pengobatan.
Advertisement