Liputan6.com, Jakarta Dalam mengobati sariawan atau dalam istilah medis dikenal dengan Stomatitis Aphtosa Recurrent (SAR) ternyata tidak dianjurkan menggunakan obat-obatan yang berbahan kimia. Mengapa?
Menurut ahli penyakit mulut dari Departemen Gigi dan Mulut FKGUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, DR. drg. Harum Sasanti Yudoyono, Sp.PM sariawan pada dasarnya bisa sembuh sendiri (self limiting disease) jadi tidak perlu obat kimia. Hanya saja sifatnya yang bisa ulang kambuh dan nyeri di bagian mulut seringkali membuat tidak tahan.
Baca Juga
"Tidak ada obat yang menyembuhkan dan membuat sariawan tidak muncul kembali. Yang ada obat untuk meringankan saat sakit. Itupun tidak menjamin untuk tidak kambuh lagi," kata Harum saat temu media di acara peluncuran tablet herbal untuk sariawan, Kuldon Sariawan di Fx, Sudirman-Jakarta, ditulis Kamis (17/4/2014).
Advertisement
Harum mengungkapkan, saat ini banyak obat yang mengklaim dapat menyembuhkan sariawan padahal obat kimia yang dijual bebas di warung atau apotek tidak dapat menjamin sariawan dapat muncul kembali.
"Hati-hati memilih obat sariawan yang dapat dibeli bebas. Bila salah, sariawan bukannya sembuh malah bisa jadi kronis," ungkap Harum.
Lebih lanjut Harum menjelaskan, obat kimia untuk sariawan bersifat kaustik yang dapat merusak jaringan kulit dan menimbulkan iritasi. Berdasar pengalaman, Harum menceritakan pernah ada pasien yang menggunakan obat sariawan yang mengandung bahan kimia di pasaran.
Hasilnya, bukannya sembuh tapi Harum menjelaskan, luka (scar) yang diakibatkan penggunaan obat sariawan berbahan kimia pada pasiennya menyebabkan pra-kanker.
"Bila obat tidak tepat, sariawan dapat menyebabkan komplikasi yang penyembuhannya lebih sulit daripada yang biasa. Selain itu, bila sudah kronis, perawatan harus lebih insentif dan penyembuhannya jauh lebih lama dari sariawan biasa yang bisa sembuh sendiri maksimal 10 hari" jelasnya.