Liputan6.com, Jakarta Keseluruhan jumlah lemak dan massa otot memang dapat dilihat secara fisik. Namun jangan terpedaya fisik, karena pada kondisi tertentu obesitas juga menimpa orang kurus yang lingkar perutnya besar.
Seperti diungkapkan ahli nutrisi dan obesitas Herbalife, Dr Rocio Medina, MD, bahwa lemak di tubuh kadang sulit diprediksi. Ia pun menyontohkan masyarakat Jepang yang mayoritas kurus tapi obesitas.
"Jepang terkenal dengan angka obesitas dengan tingkat paling rendah sedunia. Tapi mereka tidak boleh senang karena penelitian menunjukkan mereka memiliki jumlah obesitas perut paling banyak sedunia. Inilah yang dimaksud gemuk di dalam," kata Rocio saat temu media di acara tur kesehatan Herbalife di Senayan City, Jakarta, Sabtu (19/4/2014).
Advertisement
Rocio mengungkapkan, orang Asia seperti di Jepang terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat seperti nasi dan mi serta lemak atau gorengan. Sehingga walaupun badannya kecil, tapi ada lemak didalamnya.
"Jika Anda terlalu banyak makan nasi, mi dan lemak pasti di tubuh Anda banyak lemak," jelasnya.
Rocio melanjutkan, mengapa lemak memiliki peranan penting dalam epidemi obesitas. Ia mengungkapkan, lemak dapat memproduksi sejenis protein yang disebut sitokin yang dapat membuat seluh sel yang ditutupi lemak tidak berfungsi. Hal ini membuat seseorang dapat terkena jantung, tersumbat aliran darah, gangguan hati, gangguan ginjal dan masalah pada massa otot.
"Agar terhindar obesitas, Anda bisa mengukur lingkar perut. Bagi wanita maksimal 88 sentimeter dan pria maksimal 102 sentimeter. Tidak peduli berapa tinggi Anda, ukuran tersebut dapat menjadi patokan obesitas," tandasnya.