Liputan6.com, Jakarta Siapa bilang kegagalan dalam mencapai kehamilan hanya akibat dari ketidaksuburan yang dimiliki wanita atau pria. Karena komitmen memiliki anak merupakan peran pasangan.
Seperti disampaikan ahli kandungan, Dr. Andrie Ronggani, Sp.OG dari Klinik Teratai RS Gading Pluit, Jakarta bahwa baik suami atau istri, keduanya memiliki masalah dan peran yang sama dalam menentukan seorang istri hamil dan memiliki anak.
Baca Juga
"Persentasi kejadian sama untuk suami atau istri. Karena dalam infertilitas yang paling penting spermatozoa, ovum dan pembuahan. Sehingga kekompakan pasangan suami istri sangat dibutuhkan. Mereka harus saling memahami dan mengetahui masalahnya. Tanpa adanya itu sulit karena semua pasangan di seluruh dunia memiliki tingkat keberhasilan dan kegagalan yang sama dalam memiliki anak," jelas Andrie saat seminar bayi tabung di Hotel Aston, Kuningan, Jakarta, ditulis Minggu (27/4/2014).
Advertisement
Menurut Andrie, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa satu dari setiap empat pasangan di negara berkembang memiliki masalah kegagalan kehamilan. Begitu pula dengan penelitian yang diakukan di Indonesia oleh Sarwono bahwa 32,7 persen istri hamil setelah 1 bulan menikah, 57,0 persen hamil dalam waktu 3 bulan, 72,1 persen hamil dalam waktu 6 bulan, 85,4 persen hamil dalam waktu 1 tahun dan 93,4 persen hamil dalam waktu 2 tahun.
"Kemampuan seorang istri menjadi hamil dan melahirkan anak, hidup oleh suami yang mampu menghamilinya. Jadi jangan menyalahkan salah satu pihak. Karena ini fungsi satu pasangan," jelasnya.