Sukses

Saat Tepat Beri Pendidikan Seks pada Anak Autisme

Penting bagi orangtua untuk memberikan pendidikan seksual sebelum si buah hati menginjak usia pubertas.

Liputan6.com, Jakarta Penting bagi orangtua untuk memberikan pendidikan seksual sebelum si buah hati menginjak usia pubertas. Pada anak normal laki-laki diberikan ketika menginjak usia 10 atau 12 tahun, dan pada anak perempuan saat berusia 8 tahun. Sedangkan pada anak penyandang autisme, diberikan jauh lebih cepat, ketika ia berusia 3 tahun.

Demikian penjelasan yang disampaikan Konsultan Neuropediatri dari Asosiasi Disleksia Indonesia, Dr. Purboyo Solek, SpA(K) dalam `Seminar Pemberdayaan Anak Penyandang Autis Dalam Memasuki Dunia Kerja`di Hotel Atlet Century Park Senayan, Jakarta, Kamis (1/5/2014).

Menyampaikan materi pendidikan seksual pada anak berkebutuhan khusus memang butuh waktu yang tidak sebentar. Bahkan, dibutuhkan tehnik khusus agar pesan yang ingin diberikan orangtua sampai di pikiran anak-anak itu. Menurut Purboyo, akan lebih mudah sampai bila topik itu disampaikan saat orangtua memberikan materi `basic skill`.

"Basic skill ini semacam memberitahukan jalan itu seperti apa, menunggu, datang, berjalan, potong rambut, sampai berhadapan dengan dokter gigi. Semua ini ada di tahap basic skill," kata dia menjelaskan pada Health Liputan6.com.

Alasan topik ini dimasukan ke dalam `basic skills` karena untuk paham nama sendiri saja, anak-anak itu membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan. "Apalagi mau memberikan pemahaman untuk pubertas dan lain-lain, pasti butuh waktu lama," kata dia menambahkan.

Ia menambahkan, untuk anak-anak itu benar-benar memahami apa itu pubertas dan hal lainnya, ada 4 hal yang harus dipahami terlebih dulu.

1. Learning discriminative

Pada tahap ini, kata Purboyo, anak-anak itu harus tahu dulu yang mana perempuan dan laki-laki. Barulah setelah tahu, masuk ke tahap selanjutnya.

2. Personal hygiene

Setelah anak-anak tahu yang mana perempuan dan laki-laki, di tahap ini mereka harus tahu kalau pada perempuan ada payudara dan pada laki-laki ada jakun.

"Pun dia harus tahu, kalau anak perempuan adanya vagina, dan anak laki-laki adanya penis," kata Purboyo menambahkan.

3. Bagian tubuh dan fungsinya

Bila anak sudah dapat membedakan perempuan dan laki-laki, serta masing-masing memiliki bagian tubuh yang tidak dimiliki satu sama lain, tahap selanjutnya adalah mereka harus memahami fungsi dari organ-organ itu.

"Ternyata kalau payudara ada fungsinya, dan fungsinya buat ini. Vagina juga ada fungsi. Dan penis pun, memiliki fungsi tersendiri," kata Purboyo menjelaskan.

4. Proses heteroseksual

Program komprehensif tentang pendidikan seksual secara heterokseksual, kata Purboyo, adalah kalau kelak perempuan dan laki-laki ini akan menikah dan memiliki keturunan. Dan katakan pada anak-anak itu juga, kalau tahap untuk sampai ke titik ini sangatlah panjang.

"Ingat, ini dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Orangtua juga harus sabar memberikan tahap demi tahapnya," kata Purboyo menekankan.

Pendidikan seksual untuk anak penyandang autisme merupakan pendidikan yang diberikan berdasarkan proses yang sistematik. Diberikan secara terstruktur, individualistik, strategis. Selain itu, memberikannya pun tidak boleh asal. Harus jelas dan bahasa yang digunakan harus dapat dimengerti.

Purboyo menjelaskan, pendidikan seksual pada tiap anak penyandang autisme berbeda-beda. Disesuaikan kemampuan mentalnya, dengan memperhatikan impulsitivitas dan agresivitas.

Video Terkini