Sukses

Otak Paedofil Berikan Reaksi Abnormal Saat Lihat Wajah Anak

Seseorang paedofil lebih menyukai anak-anak. Semua itu bisa terlihat ketika melihat otaknya.

Liputan6.com, Jakarta Seseorang paedofil lebih menyukai anak-anak. Semua itu bisa terlihat ketika melihat otaknya. Seorang paedofil, sirkuit otak yang merespons wajah dan seks menjadi lebih aktif ketika melihat wajah anak-anak.

Temuan baru ini bisa menjadi cara untuk mendiagnosa seorang paedofi dan menjelaskan akar evolusi seks.

Dalam kerajaan hewan, ada sejumlah mekanisme yang mencegah binatang dewasa mencoba seks dengan binatang anak-anak.  "Contohnya saja feromon yang dipancarkan tikus anak menghambat perilaku seksual tikus jantan dewasa," kata pemimpin penulis penelitian Jorge Ponseti dari Christian-Albrechts University of Kiel, Jerman.

"Apabila ilmuwan menghambat feromon pada tikus anak, tikus jantan dewasa mulai kawin dengan bayi-bayi," katanya lagi seperti dilansir LiveScience, Jumat (23/5/2014). Hasil penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Biology Letters.

Peneliti berusaha mempelajari akar ketertarikan abnormal pada anak-anak manusia. Sebanyak otak 56 pria discan, antara lain 11 paedofil heteroseksual, 13 paedofil, 18 nonpaedofil heteroseksual, dan 14 nonpaedofil homoseksual dengan menggunakan magnetic resonance imaging (fMRI).

Ponseti dan rekan-rekannya menawarkan pria paedofil secara gratis perawatan psikiatris. "Kami meminta beberapa orang ini jika bersedia berpartisipasi dalam penelitian kami," kata Ponseti.

Peneliti mengamati otak para relawan. Mereka secara singkat diperlihatkan foto wajah pria, perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan. Para peneliti meminta relawan menilai daya tarik wajah masing-masih setelah scan otak.

Pada pria yang tertarik dengan orang dewasa, foto wajah orang dewasa mengaktifkan lebih banyak daerah di otak dibandingkan wajah anak-anak. Daerah otak yang dimaksud seperti daerah oksipital, korteks prefrontal ventrolateral, putamen, dan nucleus caudatus. Daerah ini membantu orang merespons dengan baik wajah dan perilaku seksual.

Daerah-daerah ini sama aktifnya ketika paedofil ditunjukkan foto wajah anak dibandingkan ketika menunjukkan wajah dewasa. "Temuan ini bisa membantu tes paedofil berdasarkan respons otak terhadap wajah anak," kata Ponseti.

Ponseti mengatakan, apabila membutuhkan psikoterapi pelanggaran seks pada anak maka penting mengetahui apakah pelaku memiliki orientasi paedofil atau tidak. "Dalam setengah kasus pelanggaran seks pada anak, pelaku bukan paedofil. Mereka bisa mengalami masalah masalah dengan wanita dewasa seperti tak tahu bagaimana mendekatinya sehingga mereka memilih anak-anak," kata Ponseti.

Namun, Ponseti mencatat perlunya penelitian lebih lanjut. Hingga kini masih belum jelas mengapa paedofil bisa terjadi pada manusia. Paedofil mungkin mengalami masalah dalam perkembangan otak di usia muda. Misalnya saja ada peningkatan jumlah cedera di kepala sebelum usia 12 tahun pada paedofil.

"Menurut saya dalam paedofil masalah perkembangan otak bisa menyebabkan komunikasi yang abnormal di otak antara mengasuh dan kawin," kata Ponseti.