Liputan6.com, Jeddah Budaya masyarakat Arab Saudi yang gemar menghirup shisha justru akan memperburuk penyebaran korona virus. Profesor dan Konsultan di King Khalid University Hospital, Sultan Ayoub Meo mengatakan, perokok sisha memiliki risiko tinggi terhadap penularan penyakit pernapasan yang mematikan, ketimbang teman-temannya.
Meo saat ini tengah mengawasi sebuah proyek penelitian tentang bahaya merokok shisha. Dengan mengangkat isu sensitif ini, diketahui bahwa perokok shisha lebih rentan tertular virus MERS daripada yang lain.
"Perokok biasanya memakan waktu delapan sampai 12 tiupan dan menghirup 0,5 sampai 0,6 liter asap. Sedangkan perokok shisha, lebih panjang dari itu, dan berbagi pipa air yang sama, yang kemungkinan mengandung air liur yang terinfeksi," kata Meo seperti dikutip Arab News, Jumat (23/5/2014)
Pertumbuhan merokok shisha di Arab Saudi, kata Meo menambahkan, sangatlah mengkhawatirkan. Pasalnya, gaya hidup tidak sehat ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, melainkan juga anak-anak dan remaja belia. Tak hanya pria, wanita pun memiliki rasio yang sama untuk merokok shisha ini.
Ia menjelaskan, merokok shisha per sesinya berlangsung selama 30 sampai 60 menit. Durasi tersebut, dinilai cukup untuk menularkan virus berjenis RNA itu. "Polusi udara dalam ruangan, dan kemungkinan pertukaran air lir sementara di pipa air yang sama, membuat perokok shisha lebih rentan untuk terinfeksi," kata Meo menambahkan.
Melihat fenomena ini, Meo merasa, sudah sepatutnya pemerintah setempat melarang penduduk merokok shisha. Ini dilakukan untuk meminimalkan kejadian dan penyebaran penyakit pernapasan yang mematikan ini.
Perokok Shisha Berisiko Tertular Virus MERS-CoV
Budaya masyarakat Arab Saudi yang gemar menghirup shisha justru akan memperburuk terjadinya penyebaran korona virus.
Advertisement