Liputan6.com, Jakarta Ratusan orang meninggal karena virus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS CoV). Sayangnya, hingga kini penyakit yang menyerang saluran pernapasan tersebut belum ada vaksin dan obatnya. Padahal, di Indonesia banyak calon jamaah umrah dan haji yang hendak beribadah di negara yang disebut-sebut sebagai awal mulanya penyebaran MERS.
Tapi, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan sampai saat ini belum ada kasus MERS di Indonesia terbukti positif. Meski demikian, semua pihak tetap harus mewaspadai MERS tapi jangan panik.
Berikut hasil wawancara Liputan6.com dengan Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti di kantornya di Kementerian Kesehatan dan ditulis Senin (26/5/2014):
Bisa dijelaskan secara sederhana apa itu virus MERS?
Virus MERS itu adalah virus yang ditularkan oleh diduga keras dari unta, yang biasanya dikenal dari Saudi Arabia, oleh karena itu kita sebut sebagai MERS corona virus, atau Middle East Respiratory Syndrome virus korona, seperti itu.
Seperti apa penularan virus ini? Dengan bersentuhan atau lewat ngobrol?
Sebetulnya tentu masih di dalam proses penyelidikan terus menerus, tetapi yang jelas, diduga dari air liur, dari cairan, kemudian termasuk juga kontak tapi masih sangat terbatas, terutama kontak itu adalah dari petugas kesehatan yang kena.
Benarkah virus ini masih misterius karena belum jelas penularannya dari mana?
Ya, boleh dikata betul juga ya, seperti itu ya. Iya masih misterius karena ini baru. Jadi sejak April 2012, tapi terus menerus diselidiki dikembangkan. Tapi dugaan-dugaan yang kuat sebagai contoh tadi bahwa ini ditularkan awalnya oleh unta sebagai contoh juga kelelawar. Nah, itu dugaan kuat sekali, gitu
Jadi yang benar yang mana virusnya dari Unta atau Kelelawar?
Ya, dugaan kuatnya dari dua itu. Tapi lebih kuat dari unta, begitu.
Benarkah virus ini hanya ada di Arab Saudi? Kenapa ada pasien terduga di Bali dan Medan yang meninggal karena MERS?
Kalau yang di Indonesia, termasuk yang di Bali dan di Medan itu kita sudah lakukan laboratorium. Tetapi masih belum positif ya, jadi itu bisa aja bahwa kita kan sampaikan ke masyarakat. Kalau dari Saudi Arabia terus kemudian mengalami gejala-gejala yang mengarah MERS corona virus untuk segera ke rumah sakit, gitu. tapi memang kasus yang di Medan itu belum kita periksa, gitu.
Bagaimana orang Indonesia bisa terkena virus ini?
Memang orang Indonesia yang sudah terkena itu adalah orang Indonesia yang bermukim lama di Saudi Arabia dan ada lagi terakhir, kurang lebih sekitar seminggu, sepuluh hari yang lalu, itu orang Indonesia yang umrah tapi usianya memang usia yang sangat berisiko yaitu 84 tahun dan sekarang kalau tidak salah masih dirawat di Jeddah ya, di rumah sakit.
Berapa data orang Indonesia yang terkena virus MERS?
Jadi selama ini kita sudah mengumpulkan ada 116 yang diduga atau dirawat
Gejalanya apa saja kalau sudah tertular virus ini?
Jadi yang dirawat didasarkan seakan-akan mereka terkena corona virus itu sehingga kita tidak kecolongan, begitu. Kalau pun memang betul-betul, tetapi kenyataannya sampai sekarang setelah kita periksa dengan PCR. Di kementrian kesehatan itu negatif, gitu. tapi kita terus lakukan pemeriksaan terus, gitu.
Untuk usia muda, apakah terbebas atau sebenarnya malah berisiko dengan sifat-sifat tertentu, mungkin?
Ada kelompok-kelompok risiko tertentu, jadi kelompok risiko itu bisa dilihat dari usia contohnya. Nah, kalau usianya lebih dari 65 tahun atau justru terlalu muda di bawah 12 tahun begitu, atau dia dalam keadaan hamil ya, itu juga berisiko, atau mereka sudah mengalami satu penyakit atau menderita penyakit kronis sebelumnya seperti penyakit diabetes atau penyakit gula, penyakit jantung, ginjal, dan lain sebagainya yang itu tentu bisa melemahkan tubuh ya.
Kalau sudah tertular, gejala-gejala apa saja yang dapat terlihat?
Yang terlihat sebetulnya juga karena ini pernapasan ya. Napasnya itu biasanya sesak atau pendek, demikian juga demam. Kemudian biasa batuk-batuk, pilek, bisa keluar lendir begitu, juga bisa radang paru, kemudian sampai tanda-tanda yang terkena gastrointestinal. Artinya di daerah-daerah usus perut kaya gitu ya, seperti diare, kemudian sampai gagal ginjal seperti itu.
Kalau sudah terkena apakah bisa diobati? Apa saja yang harus dilakukan?
Dilakukannya diterapi, ditatakelola seperti orang menderita flu burung, jadi diisolasi, diberikan supportive dan lain sebagaianya. Tentu bisa, apakah kalau sudah terinfeksi bisa sembuh? Bisa ya, nah ini case fatality rate-nya (angka kematian) itu adalah 30% lebih artinya bahwa diantara yang terinfeksi lebih kurang 30-an% lebih meninggal begitu.
Sampai ini kan belum ada vaksin utk mencegah dan obat untuk mengatasi penyakit ini. Apa kesulitan ilmuwan meneliti virus ini?
Ya, karena sekali lagi bahwa virus ini relatif baru, ini berbeda dengan SARS, strainnya juga berbeda. Karena ini baru sehingga terus menerus penyelidikan. Kalau kita mengembangkan vaksin, itu mesti harus tahu ciri-cirinya ya, tahu epitopnya ya, sehingga bagaimana pola yang dikembangkan, antigennya, dan lain sebagainya itu nanti harus sesuai gitu. Jadi oleh karena itu, penyidikan ini mesti harus dengan seksama dan pengembangan-pengembangan vaksinnya juga harus sangat cocok dan sesuai, kalau tidak, tidak akan bisa mengenal begitu.
Peneliti dari UNAIR bilang siap jika pemerintah meminta mereka membuat vaksin virus MERS. Akankah pemerintah bekerjasama dengan mereka?
Ya tentu kita dengan senang hati, siapapun yang memiliki kompetensi, kemampuan, dan mau untuk komitmen bekerjasama akan tentu dengan senang hati kita bisa bekerjasama ya, tapi semuanya mesti harus direncanakan, dianggarkan dan lain sebagainya, gitu.
Mengapa pemerintah tidak mengeluarkan warning agar WNI menunda dulu umrah haji atau ke Arab Saudi?
Tentu kita harus waspada dan kita berikan kewaspadaan kepada seluruh masyarakat, tetapi tidak boleh untuk panik ya. Tapi karena begini sampai sekarang, tadi sudah saya sampaikan, yang diduga dan dirawat sebagai MERS di Indonesia atau di duga MERS itu masih belum ada yang positif. Kalau belum ada yang positif, lalu kita sudah melarang, bagaimana? Oleh karena itu, kita sampaikan kewaspadaan, kita kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk juga dengan pengelola travel haji dan umrah, termasuk surat edaran ke dinas-dinas kesehatan untuk dilanjutkan kepada masyarakat untuk betul-betul waspada jangan sampai terkena. Jadi memang kalau berisiko ya kita anjurkan untuk ditunda umrahnya. Kalau berisiko, risiko yang tadi sudah saya sampaikan, tapi kalau toh berangkat silakan saja, kita tidak melarang, tapi harus mengikuti anjuran-anjuran yang sudah kementerian kesehatan berikan, begitu.
Bahaya apa yang paling dikhawatirkan dari MERS?
Bahayanya; satu, tentu kalau terinfeksi kemudian tidak tertangani dengan baik itu, mohon maaf tidak hanya sakit, tapi bisa meninggal. Jadi jiwanya bisa melayang, seperti itu. Tidak hanya itu, tentu kalau terinfeksi, karena ini juga sudah terbukti, meski masih sangat terbatas, bisa menular ke orang lain. Jadi ini istilahnya dalam Bahasa Inggris itu limited human to human transmission, itu sudah terjadi ya. Oleh karena itu, artinya ini bahaya, karena orang lain bisa ketularan meskipun masih sangat terbatas, begitu.
WHO dan pemerintah Indonesia belum mengeluarkan global warning, apa yang harus dilakukan WNI agar tidak tertular selama berada di sana?
Pertama, kita anjurkan tadi, untuk betul-betul menjaga daya tahan tubuh, sehingga pola perilaku hidup bersih dan sehat, ini mesti harus dijaga betul ya, kemudian selain pola hidup bersih dan sehat, mereka juga harus menghindari tempat-tempat peternakan unta ya, dengan foto-foto, kalau bisa dihindari, minum susu unta, apalagi yang mentah dan terkontaminasi itu harus dihindari. Kemudian tentu juga harus, kalau bisa menghindari tempat kerumunan, kalau pun terpaksa harus pakai masker yang bagus, demikian juga kita anjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun ya.
Lebih bahaya mana MERS dengan flu burung?
Ya dua-duanya memang bahaya ya, flu burung juga case fatality-nya cukup tinggi, gitu.
Upaya apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk penanganan kasus MERS ini?
Ya, tadi saya sampaikan, sudah banyak hal telah lakukan, satu bahwa kita sudah kerjasama dengan semua pihak ya termasuk berbagai kementerian, kementerian dalam negeri, kementerian luar negeri, kementerian agama, dan sebagainya. Demikian juga kita memasang berbagai macam thermoscanner di pusat-pusat kesehatan pelabuhan ya. Katakanlah di airport ya dan kemudian kita sudah siapkan juga standar-standar kita di airport-airport kalau ada yang katakanlah mengarah pada gejala seperti itu, untuk segera ke klinik yang kita punya, untuk segera ditindaklanjuti. Kalau nanti perlu ditatakelola khusus, apalagi dirujuk akan dilakukan perujukan dan demikian juga kita sudah menyiapkan banyak rumah sakit, demikian kita memberikan anjuran ke baik masyarakat ataupun pola-pola bagaimana agar tidak terkena infeksi ini, sepertiitu.
Kesiapsiagaan dalam bentuk apa yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap MERS?
Ya, kita juga tidak hanya komunikasi tadi dengan lintas sektor kementerian, tapi juga dengan pihak Saudi Arabia, demikian juga dengan WHO, termasuk dengan KJRI kita di Jeddah
Apa yang akan dilakukan Kemenkes jika kasus MERS positif terjadi di Indonesia?
Ya, tentu kita lebih ditingkatkan lagi untuk kita isolasi, kemudian tentu measurement dan demikian juga tindakan-tindakan yang tepat, respons yang cepat akan ditingkatkan lagi. Jadi penyelidikan epidemiologi. Kok itu terjadi, kena, bagaimana? Kita selidiki, secara pendidikan epidemiologi, kemudian pengumpulan data yang terus menerus di situ yang kita sebut sebagai sistem survailan akan kita lakukan
Adakah pesan untuk WNI agar mewaspada virus MERS?
Yang pertama kami sampaikan kepada masyarakat, kalau memang berisiko tinggi untuk umrah bisa ditunda, tapi kalau tidak ya terus berangkat. Artinya tidak itu ada dua; tidak berisiko, atau berisiko tapi tidak bisa untuk menunda. Jadi terus berangkat, tolong terus diterapkan anjuran-anjuran yang telah disampaikan oleh kementerian kesehatan, baik pola hidup bersih dan sehat. Menjaga daya tahan tubuh, menghindari unta atau peternakan unta, minum susu unta yang mentah, dan sebagainya, terus cuci tangan dengan sabun, pakai masker, kemudian istirahat, dan bagaimana pola makannya, agar bergizi, kuat, nah itu harus dilakukan.
Wawancara Wamenkes Ali Ghufron: Kalau Berisiko MERS Tunda Umrah
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan sampai saat ini belum ada kasus MERS di Indonesia terbukti positif.
Advertisement