Liputan6.com, Jakarta Akibat penyebaran virus Middle Eastern respiratory syndrome coronavirus (MERS-Cov) yang terus mengkhawatirkan, beberapa ahli bakteri mengungkapkan masalah serius yang bisa dihadapi traveler di pesawat terutama di musim liburan seperti ini.
Melansir laman Foxnews, Selasa (27/5/2014), dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Society for Microbiology, Barbaree dan rekannya dari Auburn University, Kiril Vaglenov, memutuskan untuk menganalisis kelangsungan hidup dua jenis umum bakteri yang ada di pesawat seperti Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) dan E. coli O157: H7.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), MRSA merupakan jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan lainnya. Bakteri ini diperkirakan membunuh 19.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Sedangkan E.coli O157 : H7 lebih sering menyebabkan penyakit bawaan makanan.
Advertisement
Para peneliti menguji durasi dua patogen pada enam jenis bahan yang diperoleh dari sebuah maskapai penerbangan besar yang tidak disebutkan namanya. Mulai dari sandaran tangan, meja plastik, tombol toilet, jendela, dan kain kursi.
"Kain di bagian belakang kursi, memiliki banyak celah di mana bakteri mudah masuk. Jika Anda membandingkan dengan gagang toilet berbahan stainless steel, kelangsungan hidup bakteri tidak sepanjang seperti permukaan berpori," kata Barbaree.
Barbaree menekankan bahwa kondisi pesawat sebenarnya merugikan banyak jenis bakteri. Ini karena kelembaban sangat rendah, sekitar 20 persen. Dan karena kelembaban sangat rendah akhirnya muncul bakteri lain yang tidak bisa mentolerir itu.
Cara terbaik menghindari tertular penyakit dari bakteri dalam pesawat terbang, kata Barbaree, cukup sederhana yakni selalu menjaga kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur.