Liputan6.com, Jakarta Memiliki organ tubuh tidak sempurna bukan berarti menyuluti semangat Edbert Sebastian (12) untuk berkreasi merakit permainan robot. Dibantu seorang teman, Edbert begitu semangat untuk menyelesaikan rakitan robot tersebut.
"Aku tidak tahu ini robot apa. Soalnya enggak ada buku panduannya. Jadi, aku dan kawanku berimajinasi saja," kata Edbert sembari merakit permainan robot yang ada di hadapannya.
Akhir tahun 2012 menjadi hari teramat kelam bagi remaja satu ini. Pembengkakan yang terus menerus membesar, membuatnya harus merelakan tangan sebelah kanan untuk diamputasi.
"Aku kena kanker tulang. Aku tidak tahu apa itu kanker tulang. Hanya selama beberapa bulan, terjadi pembengkakan di tangan sebelah kanan. Ternyata, setelah di-rontgen di Rumah Sakit Ermina Jatinegara, dokter mengatakan aku terkena kanker tulang," kata Edbert saat berbincang dengan Health Liputan6.com sewaktu meramaikan acara 'Robert Soccer' yang diadakan Mal Ciputra, Jakarta Barat, Jumat (13/6/2014)
Oktober 2012, lanjut Edbert, ia merasakan sakit yang teramat perih pada lengan tangan sebelah kanannya. Kala itu, ia merasa seperti bengkak biasa, dan tidak mengira sedikit pun bahwa itu tanda dari kanker tulang.
Sebelum diamputasi, anak kedua dari tiga bersaudara ini menuturkan bahwa ia sempat menjalani implan. Berhubung kondisinya saat itu sudah masuk dalam tahap infeksi, maka sudah tidak bisa dipertahankan lagi.
"Kata dokter, kalau tidak segera dioperasi, itu akan menjalar ke paru-paruku. Maka itu, aku pasrah saat harus diamputasi," kata dia.
Rasa sedih dan takut berkecambuk dalam dirinya. Ia sama sekali tak menyangka, di usianya yang terhitung sangat kecil, harus kehilangan organ yang selalu membantunya dalam menulis. Apalagi, Edbert adalah anak yang sangat senang dunia tulis menulis. "Aku suka mengarang di buku. Semenjak tanganku diamputasi, aku sulit melakukan itu," kata Edbert lirih.
Layaknya anak seusianya, di saat dirinya merasa berbeda dengan teman-teman usianya, ada rasa takut dikucilkan muncul dari benaknya. Berkat semangat yang diberikan oleh orangtua, kakak, dan adik tercintanya, rasa itu ia kubur dalam-dalam.
"Sedih dan takut itu pasti. Tapi, aku enggak bisa berbuat apa-apa. Aku juga takut tidak dapat beraktivitas, tapi aku yakin semua itu pilihan yang harus aku jalani," kata dia.
Butuh waktu enam bulan bagi anak pasangan Ain Abdul dan Jeni Sartika ini untuk beradaptasi dengan tangan kirinya. Sewaktu ia masih memiliki tangan yang lengkap, tak pernah sekali pun tangan sebelah kiri dipergunakannya untuk melakukan kegiatan tulis menulis dan sebagainya. Kini, ia mulai terbiasa menulis dengan tangan kirinya. "Sekarang aku kidal. Dan rasanya aneh. Tulisannya jadi tidak rapi," kata Edbert tertawa.
Dengan kondisi yang dialaminya saat ini, Edbert mengaku harus menghentikan kebiasaannya mengonsumsi mie rebus kesukaannya. Sebab, mie instan dan segala makanan yang mengandung yodium tinggi, harus dihentikannya.
"Aku harus sehat. Pantangan dari dokter aku kerjakan. Tidak boleh makan mie instan, dan makanan yang mengandung micin gitu," kata dia menerangkan.
Di ujung percakapan, Edbert pun menitipkan sebuah pesan untuk anak-anak yang mengalami hal sama dengannya.
"Harus semangat dan harus menjalani kondisi yang dialami saat ini. Ikuti saja terapinya, sepertiku saat ini. Aku sedang terapi dengan cara diajarkan melakukan segala aktivitas dengan tangan sebelah kiri," kata dia menerangkan.
Meski Bertangan Satu, Edbert Semangat Rakit Robot
Memiliki organ tubuh tidak sempurna bukan berarti menyuluti semangat Edbert Sebastian (12) untuk berkreasi merakit permainan robot.
Advertisement