Sukses

WHO Fokuskan Tranfusi darah Pada Ibu

Organisasi Kesehatan Dunia memusatkan perhatian pada ketersediaan persediaan darah yang aman untuk menyelamatkan para ibu

Liputan6.com, Jakarta Memeringati hari Donor Darah sedunia, Organisasi Kesehatan Dunia memusatkan perhatian pada ketersediaan persediaan darah yang aman untuk menyelamatkan para ibu. Pasalnya, WHO mencatat, di dunia setiap harinya terdapat 800 ibu meninggal saat melahirkan dan sesaat setelah melahirkan dengan 99 persen di antaranya tinggal di negara berkembang.

Direktur Regional WHO untuk kawasan Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapal Singh mengatakan, pendarahan hebat saat atau setelah melahirkan adalah penyebab utama kematian ibu, 31 persen dari kematian ibu di Asia.

"Transfusi darah adalah salah satu kunci penyelamatan nyawa pada penanganan komplikasi terkait kehamilan. Pada tahun 2013, data global menunjukkan bahwa di negara-negara yang tergabung sebagai anggota WHO di kawasan Asia Tenggara, rasio kematian ibu beragam dari 26 hingga 270 per 100.000 kelahiran hidup," tulis Poonam dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Sabtu (14/6/2014).

Poonam menyebutkan, jika kantung darah digabungkan di 11 negara kawasan Asia Tenggara telah terkumpul sekitar 15,6 juta unit darah setiap tahun. Padahal kawasan ini memerlukan 18 juta unit setiap tahun.

 "Di kawasan Asia Tenggara, tidak semua pasien yang memerlukan transfusi darah memiliki akses terhadap unit darah atau produk darah yang aman, dalam waktu yang singkat. Pemerintah perlu memastikan tersedianya darah dan produk darah yang cukup dan aman dari berbagai kuman penyakit seperti HIV, hepatitis, syphilis dan malaria. Kita memerlukan lebih banyak sukarelawan yang mau mendonorkan darah serta memastikan keamanan darah selama transfusi,” jelasnya.

Di negara-negara Asia Tenggara, transfusi darah kerap digunakan dalam upaya menolong komplikasi pada saat kehamilan atau melahirkan, anemia parah pada anak, penatalaksanaan pada korban kecelakaan, dan tentu saja pembedahan.

“Terkadang transfusi diberikan saat ada pilihan pengobatan lain dengan efektivitas setara. Transfusi ini sebenarnya tidak sungguh-sungguh diperlukan jika pasien dihadapkan pada risiko penularan infeksi serta reaksi pasca transfusi,” ungkapnya.

Untuk itu, WHO meminta negara-negara anggotanya untuk melakukan upaya nyata guna memastikan fasilitas kesehatan memiliki akses yang lebih luas terhadap darah dan produk darah yang aman dari sukarelawan bagi wanita-wanita yang berjuang saat melahirkan anak-anak mereka.

"Masyarakat perlu dilibatkan, mendapatkan pengetahuan, serta diberdayakan untuk bersedia dengan rutin dan sukarela menyumbangkan darah demi pemenuhan kebutuhan darah nasional. Karunia kehidupan ini adalah hadiah paling berharga yang bisa diberikan seseorang kepada sesamanya," tambahnya.

Live dan Produksi VOD