Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian berskala besar di Jepang melaporkan senyawa isoflavon pada tahu tidak efektif mencegah risiko kanker. Penelitian ini dilakukan, setelah sebelumnya, ada penelitian yang menunjukkan tahu dapat membantu mengurangi risiko kanker.
Seperti dikutip Everydayhealth, Jumat (20/6/2014), studi yang diterbitkan 18 Juni di BJOG: An International Journal of Obstetri dan Ginecology ini melibatkan lebih dari 49.000 wanita Jepang yang disurvei dua kali dalam lima tahun. Mereka ditanyai tentang diet, gaya hidup, riwayat medis dan konsumsi pangan dari delapan item makanan dari kedelai, termasuk sup miso, tahu dan susu kedelai.
Setelah lima tahun, 112 wanita didiagnosis dengan kanker rahim. Namun para peneliti tidak menemukan hubungan antara konsumsi makanan kedelai dan rendahnya risiko kanker rahim.
Para peneliti justru mencatat, wanita yang mengonsumsi terlalu banyak kedelai serta buah dan sayuran cenderung lebih tua, memiliki riwayat diabetes, dan kecil kemungkinannya untuk menjadi perokok atau mengonsumsi alkohol atau kopi.
"Studi kami menemukan bahwa asupan kedelai dan isoflavon tidak terkait dengan risiko kanker endometrium," kata rekan penulis studi Dr Motoki Iwasaki, dari National Cancer Center di Tokyo.
Iwasaki mengatakan, meskipun kasus kanker endometrium jauh lebih rendah di negara-negara Asia, tingkat kejadiannya telah meningkat. "Mungkin kita juga tahu bahwa konsumsi kedelai seperti tahu di Jepang sangat tinggi," kata Iwasaki.
"Kita perlu penelitian lebih lanjut dengan lebih banyak kasus untuk memverifikasi temuan ini dan menambah basis penelitian," peneliti menyimpulkan.
Tidak Terbukti, Tahu Bisa Cegah Kanker!
Senyawa isoflavon pada tahu tidak efektif mencegah risiko kanker.
Advertisement