Liputan6.com, Denpasar Permainan atau dolanan anak-anak sebagai ekspresi budaya mempunyai nilai-nilai seni dan pendidikan yang dapat diajarkan kepada anak-anak sebagai penguatan jati diri.
"Dolanan anak-anak yang diangkat dari kearifan lokal Bali yakni menyanyi dan menari untuk bersenang-senang kini semakin termajinalkan," kata Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Gusti Ayu Srinatih, SST MSI di Denpasar, Jumat (20/6/2014).
Baca Juga
Pemaparan Ayu ini disampaikan dalam mempertahankan desertasi untuk meraih gelar doktor pada Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana berjudul "Dolanan Mebarong-Barongan Kabupaten Badung Pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 tahun 2010".
Advertisement
Di hadapan tim penguji yang diketuai Prof Dr AA Bagus Wirawan SU dengan anggota tujuh guru besar, Ayu Srinatih menambahkan bahwa pihaknya melakukan penelitian terhadap dolanan, karena garapan itu terinspirasi dari permainan tradisional.
Dolanan mebarong-barongan, permainan tradisional didekontruksi menjadi sebuah seni pertunjukkan yang diangkat dari Ngelawang yakni pentas yang berpindah-pindah relavan dengan tema pokok PKB ke-32 tahun 2010 Sudamala yakni penyucian mikrokosmos dan makrokosmos.
Srinatih menjelaskan garapan "dolanan mebarong-barongan" mendapat pengaruh globalisasi yang melibatkan unsur gerak tari, musik iringan, konstum, properti dan syair lagu.
Para penggarapnya adalah seniman kreatif, konsisten dengan konsep penggalian dan pengembangan yang berbasis kearifan lokal. Tiga seniman yang mengerjalan garapan itu yakni Ida Bagus Suastika, I Wayan Geriya dan Made Adi Adnyana.
Mereka masing-masing membagi tugas yakni Ida Bagus Suastika sebagai penggarap tari, I Wayan Geriya sebagai penata lokal dan lagu serta Made Adi Adnyana sebagai penggarap musik iringan, ujar Ayu Srinatih.