Liputan6.com, Surabaya Dulu tim medis membutuhkan waktu lama untuk mendiagnosis satu penyakit yang diidap seorang pasien. Seiring dengan perkembangan zaman, pengobatan konvensional pun berkembang cukup pesat. Bukti kemajuan dari teknologi ini, membuat tim medis lebih mudah mendiagnosis penyakit.
Walaupun saat ini sudah ada bukti nyata seperti CT-Scan dan MRI yang dapat dengan mudah mendiagnosa penyakit berbahaya, semua perkembangan ini belum menyelesaikan masalah kesehatan.
"Penyakit seperti hipertensi, diabetes dan kolesterol, sejauh ini hanya bisa dikontrol belum bisa disembuhkan dengan pengobatan konvensional," kata dr. Arijanto Jonosewoyo, SpPD, FINASIM dalam acara Natural Wellness Symposium SOHO Global Health di Grand Ballroom Grand City, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/6/2014).
Kepala Poliklinik Komplementer Alternatif RSU Dr Soetomo Surabaya mengatakan, pengobatan komplementer mulai dikembangkan. Bahkan pemerintah akan mengangkat pengobatan komplementer menjadi pengobatan primer di Indonesia.
"Ini adalah program nasional dari pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan akan mengangkat obat herbal menjadi bagian dari layanan primer kesehatan di Indonesia," kata dia menambahkan.
Meski begitu, pasien juga harus mengetahui bahwa pengobatan komplementer ini bukan untuk menggeser pengobatan konvensional.
"Pengobatan ini pun harus tetap dilakukan oleh dokter dan keamanannya sudah teruji secara klinis," kata dia menekankan.
Berbicara mengenai penggunaan obat herbal di Indonesia, secara konsisten mengalami kenaikan. Data dari Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan pada 2006 pasar obat herbal di Indonesia mencapai Rp 5 triliun. Bahkan diprediksi pada 2014 mencapai Rp 15 triliun.
Melihat peluang ini, SOHO Global Health menyelenggarakan seminar ilmiah dengan tujuan untuk menginformasikan keamanan, khasiat dan kualitas dari obat herbal. Ini menjadi seminar ilmiah pertama di Indonesia yang memberikan pemaparan manfaat dari obat herbal dengan total peserta mencapai 1.000 dokter.
Museum Rekor Indonesia (MURI), menyatakan, seminar dengan kategori 'Simposium Produk-produk Herbal secara Road Show di 7 Kota Besar di Indonesia' ini memecahkan rekor MURI.
Vice President Sales and Marketing for Professional Products SOHO Global Health, Sugiharjo, menjelaskan, seminar ini diadakan di 7 kota besar yaitu Semarang, Jakarta, Medan, Bali, Bandung, Makassar, dan Surabaya dengan total 1.000 peserta di masing-masing kota.
"Saya berterimakasih kepada SOHO karena sudah membantu menyelenggarakan acara ini. Sehingga, pakar-pakar yang ada dapat menjelaskan bagaimana mengobati, bagaimana mendiagnosa suatu penyakit, dan menggabungkan obat-obat herbal sebagai complementary medicine," kata Arijanto.
Menurut Arijanto, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah tidak memakai istilah complementary alternative medicine, tapi mengubahnya menjadi complementary medicine.
Pengobatan Komplementer Bukan untuk Geser yang Konvensional
Pemerintah akan mengangkat pengobatan komplementer menjadi pengobatan primer di Indonesia.
Advertisement